FITRA JAYA SALEH

Blogs, Ternyata menulis itu menyenangkan. Apalagi bisa menulis sesuatu yang bisa memberikan manfaat terhadap diri sendiri dan orang lain. Telah datang perintah membaca kepada umat Islam, perintah yang tidak diturunkan untuk umat-umat sebelumnya..sedangkan menulis adalah salah satu turunan dari kewajiban membaca... "Sampaikanlah walau hanya satu ayat.", begitulah perintah nabi, dan menulis bisa menjadi sebuah sarana yang baik untuk mengaplikasikan perintah untuk menyampaikan... ---Tulabi---

Sunday, January 21, 2007

Jangan Kau Sakiti saudaramu ya ikhwah

Assalamualaikum Wr wb.

Semoga Allah Swt selalu menjaga kita dari gelapnya jalan kesesatan,.. ..
"Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran."
Ikhwah fillah rahimakumullah,

Dalam dunia da'wah yang kita geluti, tidak jarang kita mengalami konflik atau permasalahan- permasalahan. Dari sekian permasalahan tersebut terkadang ada konflik-konflik yang timbul di kalangan internal aktivis da'wah sendiri. Pernah suatu ketika dalam aktivitas sebuah partai da'wah, ada seorang aktivis ikhwan yang mengutarakan sakit hatinya terhadap saudaranya yang tidak amanah dengan tugas. Di lain waktu dalam lembaga da'wah sebuah kampus, seorang aktivis akhwat "minta cuti" lantaran sakit hatinya terhadap akhwat lain yang sering kali dengan seenaknya berlagak layaknya seorang bos dalam berda'wah.
Ikhwah fillah rahimakumullah,

Sadarkah kita, bahwa setiap aktivitas yang di dalamnya terdapat interaksi antar manusia, termasuk da'wah, kita tiada akan bisa mengelakkan diri dari komunikasi hati. Ya, setiap aktivis da'wah adalah manusia-manusia yang memiliki hati yang tentu saja berbeda-beda. Ada aktivis yang hatinya kuat dengan berbagai macam tingkah laku aktivis lain yang dihadapkan kepadanya. Tapi jangan pula kita lupa bahwa tidak sedikit aktivis-aktivis yang tiada memiliki ketahanan tinggi dalam menghadapi tingkah polah aktivis da'wah lain yang kadang memang sarat dengan kekecewaan-kekecewa an yang sering kali berbuah pada timbulnya sakit hati. Dan kesemuanya itu adalah sebuah kewajaran sekaligus realita yang harus kita pahami dan kita terima.

Tapi tahukah, wahai ikhwah sekalian,
Bahwa seringkali kita melupakan hal itu. Kita sering memukul rata perlakuan kita kepada sesama aktivis, dengan diri kita sebagai parameternya. Begitu mudahnya kita melontarkan kata-kata 'afwan (maaf) atas kelalaian-kelalaian yang kita lakukan, tanpa dibarengi dengan kesadaran bahwa sangat mungkin kelalaian yang kita lakukan itu ternyata menyakiti hati saudara kita. Dan bahkan sebagai pembenaran kita tambahkan alasan bahwa kita hanyalah manusia biasa yang juga dapat melakukan kekeliruan.

Ikhwah fillah,
Benar bahwasanya aktivis da'wah hanyalah manusia biasa, bukan malaikat, sehingga tidak luput dari kelalaian. Tapi di saat yang sama sadarkah kita bahwa kita sedang menghadapi sosok yang juga manusia biasa, bukan superman, dan bukan malaikat yang bisa menerima perlakukan seenaknya. Sepertinya adalah sikap yang terbalik ketika kesadaran bahwa aktivis da'wah hanyalah manusia biasa, ditempelkan pada diri kita sendiri. Seharusnya kesadaran bahwa aktivis da'wah adalah manusia biasa itu kita tujukan pada saudara kita aktivis da'wah yang lain, bukan kepada kita sendiri. Dengan begitu kita tidak bisa dengan seenaknya berbuat sesuatu yang dapat mengecewakan, yang bisa jadi merupakan sebuah kezhaliman kepada saudara kita.

Oleh karena itu ikhwah fillah yang berbahagia,
Adalah bijaksana bila kita selalu menempatkan diri kita pada diri orang lain dalam melakukan sesuatu, bukan sebaliknya. Sehingga semisal kita terlambat dalam sebuah aktivitas da'wah atau melakukan kelalaian yang lain, bukan hanya kata 'afwan dan pembenaran bahwa kita manusia biasa yang bisa terlambat yang kita tujukan untuk saudara kita. Tapi sebaliknya kita harus dapat merasakan bagaimana seandainya kita yang menunggu keterlambatan itu. Sehingga dikemudian hari kita tidak lagi menyakiti hati (menzhalimi) saudara kita.

( Jangan Kau Sakiti Saudaramu ya ikhwah....)

Wallahu a'lam bishawab.

ALLAHU AKBAR..!!!

Thursday, January 11, 2007

Kemenangan dan Persiapannya....

Assalamualaikum.

Alhamdulillah, Segala puji bagi Allah Zat penguasa semesta alam atas segela kenikmatan yang dilimpahkan kepada kita semua, puji syukur atas indahnya kenikmatan islam dan iman didalam hati. Sholawat dan salam semoga tercurahkan kepada penutup risalah para nabi, penyempurna yang menyeluruh dan tiada celah, penunjuk jalan kebenaran.. beliau Rasulullah Saw,beserta keluarga dan para sahabatnya yang agung..

Dengan sungguh saya meyakini bahwa tujuan-tujuan utama dari dakwah kita niscaya tidak akan pernah terwujud tanpa adanya sebuah kerja bersama (amal Jama’I), dan sungguh pula saya meyakini bahwa sangat sulit untuk mencapai kemenangan dakwah bila sebuah kerja sama secara kolektif itu (amal Jama’I) berjalan dengan ketidakteraturan dan tidak adanya kesungguhan didalamnya, dan saya juga meyakini bahwa konsekuensi logis dari sebuah keteraturan berjamaah adalah dengan adanya sebuah tanzim (organisasi) yang mengaturnya, sebagaimana yang Allah swt isyaratkan didalam qalam Nya yang mulia surat As Shoff ayat 4

“Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh”

Wa’aiddu, sebuah kalimah yang singkat dan sederhana yang tertera pada lambang gerakan Ikhwanul Muslimin beserta gambar dua bilah pedang yang bersilangan dan sebuah Mushaf Quran yang berada diantara keduanya. Lambang yang memiliki arti bahwa Islam ini pasti tidak akan pernah bisa ditegakkan tanpa kekuatan yang mendukung gerakannya. Dan kata Wa’aiddu (Bersiap-siagalah) sebagaimana yang kami pahami memiliki makna yang dalam, sebagai seruan kepada setiap pembawa bendera kebaikan untuk senantiasa bersiap-siaga dalam setiap kesempatan untuk menyongsong kemenangan dakwah yang berada dihadapan kita. Kesiapan menyambut kemenangan adalah adalah sebuah keniscayaan yang mesti dipersiapkan, sehingga sebuah kemenangan dakwah yang diraih tidak malah menjadi sebuah fitnah dakwah yang diakibatkan ketidaksiapan para pengusungnya dalam mengelola kemenangan.

Didalam sejarah Indonesia adalah beliau Soekarno, bapak proklamator yang berhasil mendeklarasikan bebasnya bangsa kita dari cengkraman penjajah asing yang telah berlangsung selama ratusan tahun.. namun sayang Soekarno rupanya belum siap dengan kemenangan yang diraihnya. Begitu pula dengan Soeharto, membangun sebuah dinasti orde baru, namun juga sayang karena ketidaksiapannya dengan kemenangan yang diperolehnya yang pada akhirnya membuatnya harus terjatuh dengan cara yang tidak baik pada akhirnya. Maka kita belajar dari Sejarah, bahwa ternyata kemengan-kemengan dakwah juga seharusnya kita iringi dengan persiapan stamina yang prima yang dapat menghantarkan kita tidak hanya sampai pada titik mencapai kemenangan, namun dapat memberikan kepada kita kekuatan untuk senantiasa menjaga dan mengelola kemenangan yang diperoleh dengan baik., sehingga kemenangan yang diraih pada akhirnya dapat memberikan kemanfaatan seperti yang diharapkan, dan tidaklah kemenangan itu akhirnya menjad fitnah dakwah yang dikarenakan perencanaan (Konsep) dakwah yang tidak menyeluruh.

Stamina dakwah adalah paduan dari semangat yang kuat, kedalaman maknawiyah, kebersihan niat dan juga kemampuan pengelolaan dakwah yang mantap. Seringkali ketidak siapan stamina ini hanya dapat mengantarkan kita sebatas sampai kepada mencapai kemenangan (perolehan suara misalnya) saja, setelah itu stamina kita telah habis sehingga proses mempertahankan kemenangan ini hanya menjadi seremonial pencapaian target kuantitas dari program kerja yang dibuat yang pada akhirnya dapat menimbulkan fitnah dakwah.

“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan)”. Q.s Al-Anfal:60


Ikhwati, dimanapun lini dakwah kita berada maka bersiap-siap mempersiapkan stamina yang prima adalah sebuah keharusan yang musti dipenuhi, baik di struktur partai, lembaga dakwah kampus, lembaga swadaya masyarakat, ataupun wajihah-wajihah lain pendukung gerak dakwah………Maka Bersiap-siagalah saudaraku…


Wallahualambishowab .
Ngoresan Solo, awal tahun 2006