FITRA JAYA SALEH

Blogs, Ternyata menulis itu menyenangkan. Apalagi bisa menulis sesuatu yang bisa memberikan manfaat terhadap diri sendiri dan orang lain. Telah datang perintah membaca kepada umat Islam, perintah yang tidak diturunkan untuk umat-umat sebelumnya..sedangkan menulis adalah salah satu turunan dari kewajiban membaca... "Sampaikanlah walau hanya satu ayat.", begitulah perintah nabi, dan menulis bisa menjadi sebuah sarana yang baik untuk mengaplikasikan perintah untuk menyampaikan... ---Tulabi---

Monday, June 12, 2006

Karakteristik Da'wah

Assalamualaikum.

Perjalanan dakwah adalah perjalanan panjang yang akan berakhir di haribaan mardhatillah, surga dan kenikmatannya. Perjalanan ini terus berlangsungsepanjang zaman melalui generasi demi generasi. penuh dengan aral melintangserta onak dan duri yang tiada habisnya. Ia bukan jalan tol yang mulus dan licin, mudah dilalui, tetapi jalan yang penuh dengan bukit-bukit terjal berbatu.

Surga yang menjadi balasan perjalanan ini tidak dapat diraih dengan mudah atau diperoleh dengan gratis, tanpa keletihan dan kerja keras. Surga, untuk mereka yang mau berjuang sungguh-sungguh dan beramal terus menerus mencapai keridhoan Allah. Karakteristik perjalanan dakwah ini digambarkan Rasulullah SAW :
“Surga dikelilingi oleh hal-hal yang tidak menyenangkan.”
Kita melihat perjalanan Rasulullah sebagai pemimpin para da’i dan para sahabat, berhadapan dengan tirani yang kejam dan sadis dalam memperlakukan dakwah dan pendukung-pendukungnya. Penderitaan dan siksaan seperti yang dialami para sahabat; Bilal bin Rabah, Amar bin Yaser, Khubaib bin Adi, Sumayyah syahidah pertama, perlakuan kejam terhadap Rasulullah dan keluarganya dalam boikot Syiib, merupakan bukti betapa beratnya perjalanan ini.

Keadaan ini merupakan sunnatullah yang tetap dan tiada berubah. Sebelum Rasulullah Muhammad SAW dan para sahabatnya, telah terjadi pula hal yang serupa pada ummat terdahulu. Para Nabi dan pendukung-pendukung kebenaran selalu menanggung derita dalam perjuangan mereka. Kita teringat kisah Ashbul Ukhdud. Orang-orang beriman di suatu negeri dibakar hidup-hidup karena pernyataan iman mereka kepada ajaran Allah yang dibawa oleh seorang anak kecil. Kisah -kisah lain sungguh banyak, bahkan diantara mereka ada yang dikubur hidup-hidup kemudian kepalanya dibelah dengan gergaji atau dikelupas dengan sisir besi yang tajam.

Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya, "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat. (QS Al-Baqarah: 214)

Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antaramu, dan belum nyata orang-orang yang sabar. (QS Ali Imran: 142)

Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan, "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta. (QS Al-Ankabut: 2-3)

Nestapa orang beriman di jalan dakwah tidaklah berarti kemenangan para tirani (thaghut) atas Al Haq. Bahkan sungguh ini merupakan tanda kehancuran dan kegagalan mereka dalam menghancurkan keimanan. Sedangkan akhir kesombongan mereka adalah azab yang kekal di neraka, itulah seburuk-buruk tempat kembali.

Tampil pula dalam karakteristik perjalanan dakwah ini, ujian duniawi berupa kesenangan dan kelezatan. Inilah jebakan yang sering kali lebih berbahaya dari derita kesengsaraan, sementara ranjau-ranjaunya lebih menjerat dan membelenggu. Berapa banyak mereka yang berhasil melalui penderitaan, penjara dan siksaan, tapi tergelincir dalam bujukan manis dunia, bertekuk lutut dibawah kelezatan harta, tahta, dan wanita.

Kesenangan dan kenikmatan duniawi merasuk dengan tulus tanpa terasa. Merayap perlahan di tengah kelalaian para dai yang lupa pada balasan akhirat. Ujian ini dibungkus dan dilapisi oleh sesuatu yang menyenangkan nafsu syahwat,kemasyhuran, penghormatan orang, fasilitas yang disediakan masyarakat, atau jaminan-jamainan yang dijanjikan para tirani dengan segala tipu dayanya, adalah beberapa bentuk diantaranya.

Jeratan yang sangat memikat inilah yang di khawatirkan Nabi Yusuf a.s. sehingga ia berkata kepada Allah Yang Maha Memelihara :
Yusuf berkata, "Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. Dan jika tidak Engkau hindarkan dari padaku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh." (QS Yusuf: 33)

Kepada Rasulullah SAW para pembesar Quraisy menawarkan segala fasilitas yang mungkin dibutuhkan olehnya; “Jika Muhammad ingin menjadi raja maka akan kami angkat, jika Muhammad ingin harta maka kami bangsa Qurasy akan mengumpulkan harta untuknya, jika Muhammad menginginkan wanita akan kami berikan gadis-gadis yang tercantik di negeri ini, dan jika Muhammad mengidap penyakit kami akan mencarikan dokter-dokter terbaik untuk mengobatinya”. Penawaran ini disampaikan melalui paman Nabi SAW dengan harapan beliau akan menerima … dan mau meningglkan dakwah.
Nabi SAW sebagai pemimpin para da’i, menyatakan sikapnya yang agung terhadap bujuk rayu berbisa ini:
“Tidak, demi Allah wahai paman… seandainya mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku agar aku meninggalkan urusan dakwah ini… tidak akan aku lakukan ! Sampai Allah memenangkan dakwah ini atau aku binasa karenanya”.

Inilah sikap tegas dan pantas menjadi pedoman setiap juru dakwah yang mengajak ke jalan Allah.Terkadang bujukan datang dari pihak keluarga sang da’i. Dari istri, anak, sanak famili atau orang-orang kecintaan lainnya. Sering dihadapkan kepadanya rasa khawatir memandang masa depan dan jaminan hidup hari tua.. rasa takut yang akan mempermalukan keluarga, atau bahkan pemutusan hubungan famili. Dalam saat seperti ini mereka berpihak pada musuh, Allah mengingatkan:
Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka; dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS At-Taghabun: 14)

Ujian dari dalam inilah yang paling banyak memakan korban dan menjatuhkan pada da’I dari gelanggang dakwah. Mereka terdesak oleh kebutuhan rumah tangga dan kosongnya periuk nasi dikejar oleh bayangan penderitaan yang akan menimpa istri, anak, orang tua, atau orang yang ia kasihi. Godaan dan bujuk rayu dunia bukan dihadapkan semata kepada sang da’I tapi mungkin nyelonong lewat pintu belakang, sedangkan mereka belum tentu siap menerima ini. Karena itu setiap da’I harus mempersiapkan keluarga, istri, anak, famili sebagai basis dakwah. Kepada mereka harus diingatkan firman Allah :
Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia untuk Kami cobai mereka dengannya. Dan karunia Tuhan kamu adalah lebih baik dan lebih kekal. (QS Thaha: 131)

Kepada istri-istri juru dakwah harus diberikan sikap tegas sebagaimana yang diperintahkan Allah kepada Nabi untuk mendidik wanita-wanita beriman :
“Hai nabi, katakanlah kepada istri-istri mu: Jika kamu sekalian menginginkan kehidupan dunia dan perhiasannya, maka marilah supaya kuberikan kepadamu mut’ah dan aku ceraikan kamu dengan cara yang baik “.
Rumah tangga yang islami harus menjadi benteng perjuangan yang memberikan spirit menjadi celah bagi arus kejahiliyahan yang datang dari luar.

Karakteristik perjalanan dakwah ini harus dilalui oleh mereka yang hendak menegakkan kebenaran. Di sepanjang jalan ia akan mengalami dua ujian;
Pertama: berupa kesengsaraan, ejekan, celaan, atau hinaan dari musuh-musuh Allah (asy-syar)

Kedua: kesenangan dan kelezatan yang datang tanpa disadari atau dengan bujuk rayu penuh tipu daya dari musuh-musuh dakwah (al khair)
Akhir perjalanan bagi setiap juru dakwah adalah maut. Disana terdapat balasan yang kekal, surga atau neraka. Dan Allah tidak akan menyalahi janjinya.

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kami lah kamu dikembalikan. (QS Al-Anbiyaa: 35)

Wallahualambisowab.

Pekanbaru,12 Juni 2006


0 Comments:

Post a Comment

<< Home