FITRA JAYA SALEH

Blogs, Ternyata menulis itu menyenangkan. Apalagi bisa menulis sesuatu yang bisa memberikan manfaat terhadap diri sendiri dan orang lain. Telah datang perintah membaca kepada umat Islam, perintah yang tidak diturunkan untuk umat-umat sebelumnya..sedangkan menulis adalah salah satu turunan dari kewajiban membaca... "Sampaikanlah walau hanya satu ayat.", begitulah perintah nabi, dan menulis bisa menjadi sebuah sarana yang baik untuk mengaplikasikan perintah untuk menyampaikan... ---Tulabi---

Monday, June 26, 2006

Bergabunglah Dalam Barisan ini..

Assalamualaikum

Jalan ini jalan panjang…
Penuh onak dan berduri…
Namun jua kau lalui…
Tuk ilahi…. (Nasyid : Izzis)


Saudara-saudaraku yang dicintai Allah, berhenti..sejenak kita berhenti dan menoleh akan keadaan masyarakat yang terjadi pada masa ini, ya Allah...Betapa kemaksiatan telah menjadi sesuatu yang terasa layak tempo ini , dan betapa pula orang yang memiliki ilmu sudah tidak lagi memiliki arti dilingkungan kita, betapa kesyirikan terhadap Allah, baik dengan dalih syariah maupun karena kejahilan telah menjadi aqidah dalam masyarakat, betapa sudah tak lagi berbatas dan berjarak antara seorang lelaki dan wanita yang bukan muhrim, betapa moral dan perilaku yang baik sudah menjadi barang aneh dan jarang...dan betapa terasa jauhnya Allah dari bangsa ini..

“Belumkah datang kepada mereka berita penting tentang orang-orang yang sebelum mereka, (yaitu) kaum Nuh, 'Aad, Tsamud, kaum Ibrahim, Penduduk Madyan dan negeri-negeri yang telah musnah?. Telah datang kepada mereka rasul-rasul dengan membawa keterangan yang nyata, maka Allah tidaklah sekali-kali menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.”(Qs.At-Taubah:70)

Saudaraku....ini gambar bangsa kita, Kondisi yang membuat kita merasa asing dengan keislaman kita, kondisi yang membuat Rasulllah hingga beruban karena merasa khawatir akan kondisi umatnya kelak, ini adalah kondisi bangsa kita saudaraku…

Belum sadarkah kita bahwa Sesungguhnya Allah telah menciptakan sebagai manusia di muka bumi ini dengan sebuah misi penting..?Masih berfikirkah kita bahwa penciptaan manusia tidak bertujuan..?hanya semata2 karena Allah iseng atau bermain2.? sungguh kita semua diciptakan agar menjadi khalifah, agar kita melakukan perbaikan dimuka bumi ini dengan menyuruh kepada kema’rufan dan mencegak kepada kemungkaran sebagaimana yang disampaikan didalam Kalam-Nya yang terjaga:

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung”(Qs.Ali-Imran:104)

Maka jadilah kita sebagai perubah yang merubah kemungkaran dengan kebijaksanaan islam, maka jadilah kita para pembaharu yang memperbaharui kebodohan dengan aqidah islam, maka jadilah kita duat yang mendakwahi dengan hikmah…. Dan janganlah kita menjadi penambah masalah umat yang menambah beban umat dengan ketidakpedulian kita, dan mari jangan pula kita menjadi penghancur yang menghacurkan pondasi umat dengan perpecahan yang menyiakan…Marilah kita menjadi da'i yang menyejukkan umat dengan perilaku dan akhlak islami yang mulia…marilah kita menjadi dokter yang menyembuhkan luka umat dengan senyum ramah… marilah bersama kita emban tugas yang maha mulia ini ya ikhwah..menjadi “nabi-nabi kolektif” yang berjuang bersama memperbaki akhlak bangsa dan mengembalikan kejayaan bangsa melalui kemuliaan islam.

Saudara-saudaraku yang dirahmati Allah, ini adalah tugas dan tanggung jawab kita, tanggung jawab yang telah Allah Swt bebankan kepada kita di dunia, dan sesungguhnya amanah ini pasti akan ditanyakan-Nya di akhirat kelak.

“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.”(Qs.Al-A’raf:96)

Marilah kita kuatkan komitmen dan niat kita, satukan langkah dan rapatkan barisan, umat ini membutuhkan kita untuk memajukannya…Semoga Allah memuliakan kita dengan Islam.
Semoga ada yang bisa direnungkan..


Wallahualam Bishowab.

Bid'ahkah Berpartai?

Assalamualaikum.

Semoga Allah memberikan kepada ana kemudahan untuk memahami Din ini.. Tulisan ini ana tulis ketika terjadi diskusi dengan beberapa orang yang mengamini bahwa partai itu bid’ah. Sehingga berpartai adalah perbuatan haram yang tidak ada aturannya dalam Islam. Diskusi yang sehat insya Allah menurut ana, karena masih berada dalam koridor tanawwu’ (Variasi) pendapat dalam Islam yang dibolehkan.

Ikhwati Fillahi Rahimakumullah, Urusan bangsa ini ternyata lebih banyak dari apa yang pernah kita bayangkan. Ada masalah, ada orang yang berusaha menyelesaikan masalah, namun ada juga orang yang berusaha memperkeruh masalah dan menambah beban umat, maka semoga janganlah ada diantara kita menjadi orang dengan pilihan terakhir..

Perjuangan di Parlemen yang dilakukan oleh para saudara-saudara kita adalah sebuah ijtihad yang bertujuan untuk melawan kemaksiatan dengan cara mempengaruhi pembuatan kebijakan,undang-undang dan peraturan bangsa ini, Ini adalah sebuah ijtihad dengan harapan bahwa efek yang akan ditimbulkan dari undang-undang yang diciptakan nanti akan berdampak dominan dan positif terhadap kehidupan masyarakat. Maka ini adalah tujuan yang mulia yang seharusnya kita berikan simpati terhadapnya, perjuangan mereka sebagaimana yang telah Allah sampaikan didalam Al-Quran al-Karim:

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung”(Qs.Ali-Imran:104)

Namun dalam tulisan ini ana mencoba untuk menjelaskan dan memberi gambaran tentang hubungan antara Dakwah di parlemen (Berpartai) dengan Bid’ah. Apakah berpartai itu termasuk bid’ah.?

APAKAH DASAR HUKUMNYA BID’AH?

Didalam Al-Qur’an Allah Swt telah berfirman
"Katakanlah: 'Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak ataupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu dan (mengharamkan) mengada adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui.'" (al-A'raf: 33)

"Katakanlah: 'Terangkanlah kepadaku tentang rizki yang diturunkan oleh Allah kepadamu, lalu kamu jadikan sebagiannya haram dan (sebagiannya) halal.' Katakanlah: 'Apakah Allah telah memberikan izin kepadamu (tentang ini) atau kamu mengada-adakan saja terhadap Allah?'" (Yunus: 59)

"Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyariahkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan oleh Allah?..." (as-Syura: 21)

Sedangkan Rasulullah telah mengatakan "Jauhilah, hal-hal baru dalam urusan agama, karena sesungguhnya setiap bid'ah adalah kesesatan” (Diriwayatkan oleh Ahmad ) Dan Juga "Barangsiapa mengada-adakan sesuatu dalam urusan kami, dan ia tidak ada dalam ajaran kami, maka sesuatu itu tidak diterima."( Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim)

APAKAH PARTAI ADALAH BID’AH?

Tapi apakah Bid’ah itu?Syaikhul Islam Ibnu Taimiah berkata,"Bid’ah dalam agama adalah perkara wajib maupun sunnah yang tidak Allah dan rasul-Nya syariatkan. Adapun apa-apa yang Ia perintahkan baik perkara wajib maupun sunnah maka diketahui dengan dalil-dalil syariat, dan ia termasuk perkara agama yang Allah syariatkan meskipun masih diperslisihkan oleh para ulama. Apakah sudah dikerjakan pada jaman nabi ataupun belum dikerjakan”.

Sedangkan Imam Syatibhi mendefinisikan Bid’ah adalah “Satu jalan dalam agama yang diciptakan menyamai syariat yang diniatkan dengan menempuhnya bersungguh-sungguh dalam beribadah kepada Allah".

Dan adapun Ibnu Rajab berkata,"Bidah adalah mengada-adakan suatu perkara yang tidak ada asalnya dalam syariat. Adapun yang memiliki bukti dari syariat maka bukan bid’ah walaupun bisa dikatakan bidah secara bahasa"

Sedangkan Imam Suyuthi Beliau berkata,"Bid’ah adalah sebuah ungkapan tentang perbuatan yang menentang syariat dengan suatu perselisihan atau suatu perbuatan yang menyebabkan menambah dan mengurangi ajaran syariat".

Dari definisi-definisi bid’ah yang dikemukakan para ulama diatas maka kita akan dapat mengambil kesimpulan, bahwa Bid’ah adalah sesuatu perkara yang baru dalam islam, yang tidak memiliki landasan syar’I dan bid’ah adalah tercela.

Lalu ada pertanyaan,”setiap hal yang baru adalah bid’ah,maka apakah naik kendaraan bermotor ke masjid atau membuat pesawat terbang juga termasuk dalam perkara bid’ah karena tidak ada nash yang khusus tentangnya juga Rasulullah tidak pernah melakukannya (mengendarainya)”?

Untuk memudahkan memahaminya, ada sebuah kaidah yang harus kita pegang bersama bahwa “Hukum asal dari ibadah adalah haram hukumnya, kecuali yang disyariatkan. sedangkan hukum asal dari muamalah adalah mubah hukumnya, kecuali yang diharamkan” sehingga setiap perbuatan atau perkataan dalam hal ibadah yang diada-adakan adalah haram.

Kemudian Yang dimaksudkan “menambah-nambahi dalam urusan kami” dalam hadits diatas adalah menambah sesuatu dalam hal ibadah kepada Allah Swt yang tidak ada syariatnya. Misalkan, Sebagaimana telah kita ketahui bahwa sholat itu disepakati oleh ulama dimulai dari takbir dan diakhiri dengan salam, Nah kapankah bid’ah itu terjadi? Bid’ah itu terjadi ketika kita mewajibkan sesuatu gerakan atau ucapan sebelum takbir dan juga setelah salam ke dalam praktik ibadah sholat. Misalnya dengan menganggap bahwa berdoa bersama setelah sholat adalah bagian dari sholat, padahal telah dimaklumi bahwa sholat dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam.

Lalu apakah partai termasuk bid’ah karena menambah-nambahkan sesuatu yang tidak ada syariatnya? Pendapat ana adalah tidak begitu adanya, karena berpartai itu masuk ke dalam wilayah muamalah, dan bukan wilayah ibadah yang dimaksud diatas. Dan hukum asalnya muamalah adalah mubah, selama tidak ada nash yang mengharamkannya.

Kemudian ada pula yang mengatakan “Bukankah partai yang dibuat itu juga dengan tujuan ibadah? Iya benar sekali, namun ibadah sebagaimana yang telah kita maklumi terbagi atas ibadah maghdoh dan ibadah umum (Ghoiru maghdah), Ibadah umum adalah setiap aktivitas keseharian yang kita lakukan dan meniatkannya lillahita’ala. Contoh aktivitas keseharian yang bisa bernilai ibadah: seperti makan dengan berdoa sebelumnya, pergi kentor untuk menafkahi keluarga, belajar agar menjadi faham agama, bahkan berolahraga agar badannya sehat karena Allah, dan juga berpartai (Atau berorganisasi apa saja) untuk menegakkan hukum Allah melalui parlemen termasuk ibahad ghoiru maghdah. Sedangkan ibadah maghdoh itu telah di tetapkan dengan jelas syariatnya seperti sholat, puasa, ataupun haji, sehingga tidak boleh ditambah atau dikurangi ibadah maghdoh ini.

Apakah buktinya bahwa partai bukan termasuk ibadah maghdoh? Karena berpartai bukanlah sebuah kewajiban ataupun sunnah yang disyariatkan, tetapi hanya sebuah alat atau wasilah atau kendaraan yang digunakan. Bisa saja suatu saat untuk memperjuangkan Hukum Allah di Indonesia metodenya berganti menjadi bukan partai, semuanya tergantung kondisi yang ada. Dan partaipun adalah termasuk dalam wilayah muamalah yang hukumnya mubah. Dan jika kita katakan bahwa partai adalah bid’ah, maka setiap aktivitas keseharian kita yang dulu tidak pernah ada adalah bid’ah, seperti komputer, internet, Hand Phone, dan lain sebagainya.

Sekiranya inilah pendapat kami yang semoga dapat memberikan manfaat kepada kita semua, dan ini hanyalah pendapat dari kami yang lemah jua bodoh ”Innahu kaana dhuluman zahula” Sesungguhnya manusia itu zalim dan bodoh.

"Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar (seruan) yang menyeru kepada iman, (yaitu): "Berimanlah kamu kepada Tuhanmu", maka kamipun beriman. Ya Tuhan kami, ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang banyak berbakti." (Qs.Ali Imran:193)


Wallahualambishwab.

Friday, June 23, 2006

Top 5 Silly Thing

Ada juga beberapa hal yang kadang kalau difikir-fikir ternyata "Konyol" juga.. beberapa diantaranya yang sering terjadi di kantor...

1. Telpon orang iseng.

Nih satu kebiasaan jail yang paling sering di lakukan orang di kantor.. malahan diriku yang paling sering kena kejahilan teman-teman. Biasanya kalau ada yang telpon, saya langsung dipanggil “Pit…ada telpon..” setelah saya angkat..eh, kurang **teeet**..ternyata telpon yang salah sambung.. iseng bener nih orang-orang, sudah tahu salah sambung masih saja ngerjain orang.. belum tahu rasanya di kepret he..

****

2. Dangdut asal.

Di kantor itu biasanya lebih banyak seriusnya dari pada becandanya, orang-orangnya pada dieeemmm aja didepan komputernya masing-masing,..jarang gitu deh ada banyak waktu untuk becanda.. Tapi biasanya ditengah-tengah keseriusan kerja ada yang suka tiba-tiba menyanyikan lagu dangdut yang konyol deh, menyanyi dengan suara apa adanya, dan berlagak seperti artis dan lucunya itu orangnya berlagak seperti tidak ada apa-apa gituh.. huh rasanya jadi..antara geli dan lucu…

****

3. Infotainment Plus.

Nah aktivitas satu ini nih seakan-akan telah menjadi bagian dari pekerjaan kantor setiap pagi dan sore.. taunya kalau sudah mulai acara infotainment..dari insert pagi sampai cek dan ricek sore, mesti semuanya ngga ibu-ibu..ngga bapak-bapak sudah pada siap didepan tp…wah..wah.. kalau dah ngomongin gossip, seru banget deh… sampai-sampai jam tayang tiap-tiap infotainmen itu dihapalin.. konyolnya lagi karena tidak mau ketinggalan berita selebrits, ada bapak-bapak yang maksa bela-belain bangun jam empat pagi hanya untuk bisa nonton infotainment subuh dan tahu duluan gosip-gosip apa nih yang sedang "Hot" .. bener-bener ngga beres nih orang..p.

****

4. Kucing Dapur.

Kucing Dapur..he..ini sebutan untuk orang-orang yang biasanya ngumpet-ngumpet ke dapur terus nyari makanan.. Kalau ada seseorang yang tidak kelihatan di bangkunya pas jam kerja, pasti kemungkinan besar ada di dapur sedang mencari makanan..he. udah gitu kalau masuk lagi ke kantor, ditanya darimana, ngelesnya..”dari kamar kecir..” halah halah…

****

5. kembaran lain orang.

Nah kalau yang terakhir ini khusus terjadi pada diriku nih, orang-orang kantor tuh seringnya salah manggil namaku sama teman kantorku yang satunya lagi, kata orang-orang sih aku mirip sama dia..tapi, masak sih. Sering ngga habis pikir masak sih disamain sama “dia”, wahh..bisa rugi banyak nih Bandar..:)


****

Tuesday, June 20, 2006

Jangan Kau Sakiti Saudaramu Ya Ikhwah..


Assalamualaikum.

"Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran."


Ikhwah fillah rahimakumullah,

Dalam dunia da'wah yang kita geluti, tidak jarang kita mengalami konflik atau permasalahan-permasalahan. Dari sekian permasalahan tersebut terkadang ada konflik-konflik yang timbul di kalangan internal aktivis da'wah sendiri. Pernah suatu ketika dalam aktivitas sebuah partai da'wah, ada seorang aktivis ikhwan yang mengutarakan sakit hatinya terhadap saudaranya yang tidak amanah dengan tugas. Di lain waktu dalam lembaga da'wah sebuah kampus, seorang aktivis akhwat "minta cuti" lantaran sakit hatinya terhadap akhwat lain yang sering kali dengan seenaknya berlagak layaknya seorang bos dalam berda'wah.

Ikhwah fillah rahimakumullah,

Sadarkah kita, bahwa setiap aktivitas yang di dalamnya terdapat interaksi antar manusia, termasuk da'wah, kita tiada akan bisa mengelakkan diri dari komunikasi hati. Ya, setiap aktivis da'wah adalah manusia-manusia yang memiliki hati yang tentu saja berbeda-beda. Ada aktivis yang hatinya kuat dengan berbagai macam tingkah laku aktivis lain yang dihadapkan kepadanya. Tapi jangan pula kita lupa bahwa tidak sedikit aktivis-aktivis yang tiada memiliki ketahanan tinggi dalam menghadapi tingkah polah aktivis da'wah lain yang kadang memang sarat dengan kekecewaan-kekecewaan yang sering kali berbuah pada timbulnya sakit hati. Dan kesemuanya itu adalah sebuah kewajaran sekaligus realita yang harus kita pahami dan kita terima.

Tapi tahukah, wahai ikhwah sekalian,

Bahwa seringkali kita melupakan hal itu. Kita sering memukul rata perlakuan kita kepada sesama aktivis, dengan diri kita sebagai parameternya. Begitu mudahnya kita melontarkan kata-kata 'afwan (maaf) atas kelalaian-kelalaian yang kita lakukan, tanpa dibarengi dengan kesadaran bahwa sangat mungkin kelalaian yang kita lakukan itu ternyata menyakiti hati saudara kita. Dan bahkan sebagai pembenaran kita tambahkan alasan bahwa kita hanyalah manusia biasa yang juga dapat melakukan kekeliruan.

Ikhwah fillah,

Benar bahwasanya aktivis da'wah hanyalah manusia biasa, bukan malaikat, sehingga tidak luput dari kelalaian. Tapi di saat yang sama sadarkah kita bahwa kita sedang menghadapi sosok yang juga manusia biasa, bukan superman, dan bukan malaikat yang bisa menerima perlakukan seenaknya. Sepertinya adalah sikap yang terbalik ketika kesadaran bahwa aktivis da'wah hanyalah manusia biasa, ditempelkan pada diri kita sendiri. Seharusnya kesadaran bahwa aktivis da'wah adalah manusia biasa itu kita tujukan pada saudara kita aktivis da'wah yang lain, bukan kepada kita sendiri. Dengan begitu kita tidak bisa dengan seenaknya berbuat sesuatu yang dapat mengecewakan, yang bisa jadi merupakan sebuah kezhaliman kepada saudara kita.

Oleh karena itu ikhwah fillah yang berbahagia,

Adalah bijaksana bila kita selalu menempatkan diri kita pada diri orang lain dalam melakukan sesuatu, bukan sebaliknya. Sehingga semisal kita terlambat dalam sebuah aktivitas da'wah atau melakukan kelalaian yang lain, bukan hanya kata 'afwan dan pembenaran bahwa kita manusia biasa yang bisa terlambat yang kita tujukan untuk saudara kita. Tapi sebaliknya kita harus dapat merasakan bagaimana seandainya kita yang menunggu keterlambatan itu. Sehingga dikemudian hari kita tidak lagi menyakiti hati (menzhalimi) saudara kita.

( Jangan Kau Sakiti Saudaramu ya ikhwah....)

"Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar (seruan) yang menyeru kepada iman, (yaitu): "Berimanlah kamu kepada Tuhanmu", maka kamipun beriman. Ya Tuhan kami, ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang banyak berbakti." (Qs.Ali Imran:193)

Wallahu a'lam bishawab.

Friday, June 16, 2006

Cerpen : Melakukan yang dilarang....

Assalamualaikum.

Pernahkah anda mencoba melakukan sesuatu yang sebenarnya anda sendiri sudah mengetahui terdapat larangan untuk melakukan hal tersebut? Rasa keingintahuan seseorang terkadang membawa dirinya kedalam suatu kondisi ingin melakukan sesuatu yang belum pernah dirinya lakukan, untuk apa? Yah mungkin hanya agar bisa mengetahui, atau hanya untuk sekedar bisa merasakan, atau juga karena penasaran kenapa orang lain melakukannya..

Pengalaman menarik ketika usiaku masih sekitar 10 tahunan, aku merasa tertarik dan penasaran melihat teman-teman yang sering merokok... mereka melakukannya seperti suatu hal yang menyenangkan. Aku mati-matian tidak akan pernah mau mencoba melakukannya, yang pasti tidak ingin karena ayahku tidak akan pernah mengijinkan. Ayah sendiri tidak merokok, beliau juga tidak ingin anak-anaknya merokok.

Duduk dikelas 5 SD, rasa penasaranku semakin menjadi-jadi ketika aku mulai bergaul dengan teman-teman yang setiap harinya senang merokok. Yah lama-kelamaan luntur juga imanku..., suatu hari aku mencoba menghisap sebatang rokok yang aku temukan dijalan (wah miskin sekali..), seolah-olah memang sebuah ujian dari tuhan... Aku pasti tidak akan pernah mau membeli rokok untuk menghisapnya, tapi kali ini aku menemukannya... keinginanku selama itu menjauhi rokok, berubah status menjadi ”ditinjau ulang...” aku mulai berpikir-pikir, dan akhirnya aku mulai mencoba membakar...dan mulai menghisap.. pada hisapan pertama.... ”Pit...!!!” kagetku setengah mati, ”Mati aku” pikirku... kulihat kesamping, ternyata ayahku sedang melirik dengan sudah memasang kuda-kuda siap perang... ”Pulang...!!!” Perintahnya, dan akhirnya setelah tiba dirumah... ”Buk...Bukk...” dua jeep kiri dan kanan jatuh tepat mendarat di pipi dan mataku, sambil menangis aku mencoba bertahan melakukan blok dengan kedua tanganku... kemudian mulailah ceramah dari ayah.. ketika kubuka pertahanan blok ku, ternyata dari mataku bukan hanya keluar air mata, tapi juga berdarah..ternyata aku KO di ronde pertama..


Semenjak itu, aku tidak pernah lagi ingin mencoba untuk merokok, walaupun ayah saat ini sudah tidak ada lagi.. Saat itu diriku merasa sangat marah sekali pada ayah... saat ini aku menyadari betapa beruntungnya diriku mendapatkan dua jeep dari ayah kala itu, dua jeep itulah yang selalu mengingatkanku untuk tidak merokok...

Benar-benar pengalaman yang tidak menyenangkan.. cara belajar yang aneh, yah just like an english word say ”God works in the strange way...” we never know it.. Bagaimana dengan pengalamanmu…?

Thanks to My Father, May Allah give you His Jannah..

Pekanbaru,16 juni 2006

---Tulabi---

Thursday, June 15, 2006

Tentang Kaidah Ikhwanul Muslimin

Assalamualaikum.

Bismillahitawakaltu alallah,
Tulisan ini dibuat dengan tujuan akan mencoba menjadi penjelasan (Bayyan) tentang kaidah Ikhwanul Muslimin yang telah umum kita dengar, yang berbunyi “Nata’awan fima tafakna wa na’dziru ba’dina ba’don fi makhtalahna” yang berarti “Kita bantu-membantu (bertolong-tolongan) dalam masalah yang kita sepakati, dan bersikap toleran dalam masalah yang kita perselisihkan”. Lalu sebenarnya apakah maksud dari kaidah ini? Dari manakah asalnya? Dan apakah terdapat dalil syara’ yang melandasi kaidah ini.? Kemudian ada pula sebagian orang yang berpendapat “Bukankan kita tidak boleh mentolerir kemaksiatan?”

Maka dibawah ini akan ana coba untuk menguraikan maksud dari kaidah tersebut, dan semoga saja tulisan ini memberikan makna yang positif terhadap pandangan kita semua.

DARI MANAKAH ASALNYA?

Banyak orang sering mengira bahwa kaidah ini pertama kali di ucapkakan oleh Hassan al-Banna, namun sebenarnya kaidah ini munculnya ternyata berasal dari beliau Sayyid Rasyid Ridha, Beliau adalah pemimpin madrasah Salafiyyah al-Haditsah,pemimpin majalah al-Manar al Islamiyyah,pengarang tafsir,fatwa-fatwa, risalah-risalah, dan kitab-kitab yang mempunyai pengaruh besar terhadap dunia Islam.

Dan Kemudian orang yang sangat antusias untuk melaksanakan kaidah ini adalah beliau syeik Hasan al-Banna, Sampai-sampai banyak orang yang mengira bahwa beliau (Hasan al-Banna) lah yang mencetuskannya.

ADAKAH DALIL SYARA”NYA?

Lantas adakah dalil yang menjadi landasam dari kaidah ini? Beliau Sayyid Rasyid Ridha mencetuskan kaidah tersebut tidak sembarang, tetapi didasarkan kepada petunjuk Al-Qur'an, As-Sunnah, bimbingan salaf salih, karena kondisi dan situasi, dan karena kebutuhan umat Islam untuk saling mendukung dan membantu dalam menghadapi musuh mereka yang banyak. Meskipun diantara mereka terjadi perselisihan dalam banyak hal, tetapi mereka bersatu dalam menghadapi musuh. Inilah yang diperingatkan dengan keras oleh Al-Qur'an, yaitu: orang-orang kafir tolong-menolong antara sesama mereka, sementara orang-orang Islam tidak mau saling menolong antara sesamanya. Allah berfirman:

"Adapun orang-orang kafir, sebagian mereka menjadi pelindungbagi sebagian yang lain. Jika kamu (hai para muslimin) tidakmelaksanakan apa yang diperintahkan Allah itu, niscaya akanterjadi kekacauan di muka bumi dan kerusakan yang besar." (al Anfal 73)

Makna illaa taf'aluuhu (jika kamu tidak melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah itu) ialah: jika kamu tidak saling melindungi dan saling membantu antara sebagian dengan sebagian lain sebagaimana yang dilakukan orang-orang kafir. Jika itu tidak dilakukan, niscaya akan terjadi kekacauan dan kerusakan yang besar di muka bumi. Sebab, orang-orang kafir itu mempunyai sikap saling membantu, saling mendukung, dan saling melindungi yang sangat kuat diantara sesama mereka, terutama dalam menghadapi kaum muslimin yang berpecah-pecah dan saling merendahkan sesamanya.

Karena itu, tidak ada cara lain bagi orang yang hendak memperbaiki Islam kecuali menyeru umat Islam untuk bersatu padu dan tolong-menolong dalam menghadapi kekuatan-kekuatan musuh Islam.

BOLEHKAH BEKERJASAMA DENGAN MEREKA YANG BERSELISIH PENDAPAT DENGAN KITA?

Kalimat ”Orang yang berselisih pendapat dengan kita” memiliki makna:Orang-orang yang berbeda pendapat dengan kita karena mereka melakukan Bid’ah, dan Orang-orang yang berbeda pendapat dengan kita karena mereka Non Muslim.Boleh kah kita bekerja sama dengan mereka?

Sebagaimana telah kita ketahui bahwa Bid’ah itu ada bermacam-macam dan bertingkat-tingkat. Ada Bid’ah yang bisa mengeluarkan seseorang pelakunya dari Islam, tapi ada juga Bid’ah yang tidak sampai mengeluarkan pelakunya dari Islam tetapi hanya menyimpang. Begitu juga dengan Kafir, bahwa kafir itu juga bertingkat-tingkat sebgaimana pendapat yang diriwayatkan oleh para sahabat dan tabi’in.

Pernahkan Rasulullah bekerja sama dengan orang Kafir? Ada beberapa contoh yang dilakukan oleh Rasulullah dengan bekerja sama dengan orang kafir,dengan syarat menguntungkan kaum Muslimin. Pertama, ketika akan melakukan Hijrah, maka orang yang dipilih atau dimintai tolong sebagai penunjuk jalan adalah seseorang yang bukan Muslim. Ataupun ketika sesaat setelah Fathu Mekkah, Rasulullah meminta bantuan dari sebagian musyrik Qurays dalam menghadapi Musyrik Hawazin. Hal itu beliau lakukan karena menurut pandangan beliau bahwa kaum musyrik Quraisy mempunyai hubungan nasab yang khusus dengan beliau. Disamping itu, suku Quraisy termasuk suku yang mendapat tempat terhormat di kalangan masyarakat, sehingga Shafwan bin Umayyah sebelum masuk Islam pernah mengatakan, "Sungguh saya lebih baik dihormati oleh seorang Quraisy daripada dihormati oleh seorang Hawazin."

Kita harus senantiasa mengingat, bahwa kebaikan dan Hidayah adalah milik Islam, Maka dari sinipun kita dapat melihat bahwa tidak ada larangan untuk bekerja sama dengan ahli kafir/ahli bid’ah yang lebih kecil kekafirannya demi menolak bahaya kekafiran yang lebih besar sebagaimana kaidah ”Irtikaabu akhaffidh dhararain" (memilih/ melaksanakan yang lebih ringan mudaratnya).

Bagi ahlussunnah, meski bagaimanapun mereka menolah kebid’ahan suatu golongan, namun tidak ada satu alasanpun untuk tidak memanfaatkan ilmu dan pemikiran yang bermanfaat yang mereka sepakati bersama.

Contoh yang paling jelas ialah kitab Tafsir al-Kasysyaf karya al-Allamah az-Zamakhsyari, seorang Muktazilah yang terkenal.Dapat dikatakan hampir tidak ada seorang alim pun (dari kalangan Ahlus Sunnah) - yang menaruh perhatian terhadap Al-Qur'an dan tafsirnya - yang tidak menggunakan rujukan Tafsir al-Kasysyaf ini, sebagaimana tampak dalam tafsir ar-Razi, an-Nasafi, an-Nisaburi, al-Baidhawi, Abi Su'ud, al-Alusi, dan lainnya.

Begitu pentingnya Tafsir al-Kasysyaf ini (bagi Ahlus-Sunnah) sehingga kita dapati orang-orang seperti al-Hafizh Ibnu Hajar mentakhrij hadits-haditsnya dalam kitab beliau yang berjudul Al-Kaafil asy-Syaaf fi Takhriji Ahaadiits al-Kasysyaaf.Kita jumpai pula al-Allamah Ibnul Munir yang menyusun kitab untuk mengomentari al-Kasysyaf ini, khususnya mengenai masalah-masalah yang diperselisihkan dengan judul al-Intishaaf min al-Kasysyaaf.

Imam Abu Hamid al-Ghazali, ketika menyerang ahli-ahli filsafat yang perkataan-perkataannya menjadi fitnah bagi banyak orang, pernah meminta bantuan kepada semua firqah Islam yang tidak sampai derajat kafir. Karena itu, beliau tidak menganggap sebagai halangan untuk menggunakan produk dan pola pikir Muktazilah dan lainnya yang sekiranya dapat digunakan untuk menggugurkan pendapat/perkataan ahli-ahli filsafat tersebut. Dan mengenai hal ini beliau berkata dalam mukadimah Tahafut al-Falasifah sebagai berikut:

"Hendaklah diketabui bahwa yang dimaksud ialah memberi peringatan kepada orang yang menganggap baik terhadap ahli-ahli filsafat dan mengira bahwa jalan hidup mereka itu bersih dari pertentangan, dengan menjelaskan bentuk-bentuk kesemerawutan (kerancuan) mereka. Karena itu, saya tidak mencampuri mereka untuk menuntut dan mengingkari, bukan menyerukan dan menetapkan perkataan mereka. Maka saya jelekkan keyakinan mereka dan saya tempatkan mereka dengan posisi yang berbeda-beda. Sekali waktu saya nyatakan mereka bermazhab Muktazilah, pada kali lain bermazhab Karamiyah, dan pada kali lain lagi bermazhab Waqifiyah. Saya tidak menetapkannya pada mazhab yang khusus, bahkan saya anggap semua firqah bersekutu untuk menentangnya, karena semua firqah itu kadang-kadang bertentangan dengan paham kita dalam masalah-masalah tafshil (perincian, cabang), sedangkan mereka menentang ushuluddin (pokok-pokok agama). Karena itu, hendaklah kita menentang mereka. Dan ketika menghadapi masalah-masalah berat, hilanglah kedengkian diantara sesama (dalam masalah-masalah kecil/cabang)."

APAKAH BOLEH KITA BERTOLERANSI DALAM HAL YANG KITA SELISIHI?

"Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, makakembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur'an) dan Rasul (As-Sunnah)." (an-Nisa': 59)
Sebelum mambahas tentang ini, sebelumnya perlu untuk kita memahami bahwa perbedaan pendapat antara manusia yang satu dengan manusia yang lain adalah sebuah keniscayaan dan sesuatu yang akan senantiasa terjadi, Namun apakah yang harus kita lakukan ketika terjadi perbedaan diantara kita?maka, kembalikanlah kepada Allah dan Rasul-Nya.

Seperti yang telah kita pahami bersama,bahwa nash-nash dalam Islam ada yang bersifat qath’i atau pasti seperti Al-Quran dan Hadits-2 yang Mutawatir diantara para Ulama. Dan ada juga nash yang bersifat Zhanni. Dan pada taraf zhanni inilah derajat hadits ini menjadi bermacam-macam. Ada yang sahih, hasan, shahih lidzatihi dan hasan lidzatihi, serta ada pula yang shahih lighairihi dan hasan lighairihi, sesuai dengan sikap imam-imam dalam mensyaratkan penerimaan dan pentashihan suatu hadits, ditinjau dari segi sanad atau matan, atau keduanya. Karena itu, ada orang yang menerima hadits mursal dan menjadikannya hujjah, ada yang menerimanyadengan syarat-syarat tertentu, dan ada yang menolaknya secara mutlak.

Sehingga Kadang-kadang ada ulama yang menganggap seorang rawi itu dapat dipercaya, tetapi yang lain menganggapnya dhaif. Ada pula yang menentukan beberapa syarat khusus dalam tema-tema tertentu yang dianggap memerlukan banyak jalan periwayatannya, sehingga ia tidak menganggap cukup bila hanya diriwayatkan oleh satu orang. Hal ini menyebabkan sebagian imam menerima sebagian hadits dan melahirkanbeberapa hukum daripadanya, sedangkan imam yang lain menolaknya karena dianggapnya tidak sah dan tidak memenuhi syarat sebagai hadits sahih.

Sekali lagi ikhwah,Dari sini kita akan menyimpulkan, Bahwa Perbedaan adalah sebuah keniscayaan yang akan senantiasa terjadi, Lalu apakah yang harus kita lakukan ketika terjadi perbedaan diantara kita mengenai agama ini? Kembalilah kepada Allah dan Rasul-Nya. Apakah yang diinginkan Allah dan Rasul-nya?

”Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya.

Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.”(Qs.Ali-Imran:103).”Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.”(Qs.Ash-Shaff:4) Ini adalah pendapat kami yang kami landaskan kepada dalil-dalil syar’i dan petunjuk dari Rasulullah Saw. Semoga Allah Swt memuliakan Islam melalui pemuda-pemuda-Nya yang senantiasa berjuang dengan hamasah dan jiddiyah. Wallahualambishowab.

---Tulabi---

Maroji' : Al-Quran al-karim.
Beberapa kitab yang ana lupa namanya.

Diskudi lengkapnya disini:
http://myquran.org/forum/index.php/topic,4252.0.html

Monday, June 12, 2006

Karakteristik Da'wah

Assalamualaikum.

Perjalanan dakwah adalah perjalanan panjang yang akan berakhir di haribaan mardhatillah, surga dan kenikmatannya. Perjalanan ini terus berlangsungsepanjang zaman melalui generasi demi generasi. penuh dengan aral melintangserta onak dan duri yang tiada habisnya. Ia bukan jalan tol yang mulus dan licin, mudah dilalui, tetapi jalan yang penuh dengan bukit-bukit terjal berbatu.

Surga yang menjadi balasan perjalanan ini tidak dapat diraih dengan mudah atau diperoleh dengan gratis, tanpa keletihan dan kerja keras. Surga, untuk mereka yang mau berjuang sungguh-sungguh dan beramal terus menerus mencapai keridhoan Allah. Karakteristik perjalanan dakwah ini digambarkan Rasulullah SAW :
“Surga dikelilingi oleh hal-hal yang tidak menyenangkan.”
Kita melihat perjalanan Rasulullah sebagai pemimpin para da’i dan para sahabat, berhadapan dengan tirani yang kejam dan sadis dalam memperlakukan dakwah dan pendukung-pendukungnya. Penderitaan dan siksaan seperti yang dialami para sahabat; Bilal bin Rabah, Amar bin Yaser, Khubaib bin Adi, Sumayyah syahidah pertama, perlakuan kejam terhadap Rasulullah dan keluarganya dalam boikot Syiib, merupakan bukti betapa beratnya perjalanan ini.

Keadaan ini merupakan sunnatullah yang tetap dan tiada berubah. Sebelum Rasulullah Muhammad SAW dan para sahabatnya, telah terjadi pula hal yang serupa pada ummat terdahulu. Para Nabi dan pendukung-pendukung kebenaran selalu menanggung derita dalam perjuangan mereka. Kita teringat kisah Ashbul Ukhdud. Orang-orang beriman di suatu negeri dibakar hidup-hidup karena pernyataan iman mereka kepada ajaran Allah yang dibawa oleh seorang anak kecil. Kisah -kisah lain sungguh banyak, bahkan diantara mereka ada yang dikubur hidup-hidup kemudian kepalanya dibelah dengan gergaji atau dikelupas dengan sisir besi yang tajam.

Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya, "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat. (QS Al-Baqarah: 214)

Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antaramu, dan belum nyata orang-orang yang sabar. (QS Ali Imran: 142)

Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan, "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta. (QS Al-Ankabut: 2-3)

Nestapa orang beriman di jalan dakwah tidaklah berarti kemenangan para tirani (thaghut) atas Al Haq. Bahkan sungguh ini merupakan tanda kehancuran dan kegagalan mereka dalam menghancurkan keimanan. Sedangkan akhir kesombongan mereka adalah azab yang kekal di neraka, itulah seburuk-buruk tempat kembali.

Tampil pula dalam karakteristik perjalanan dakwah ini, ujian duniawi berupa kesenangan dan kelezatan. Inilah jebakan yang sering kali lebih berbahaya dari derita kesengsaraan, sementara ranjau-ranjaunya lebih menjerat dan membelenggu. Berapa banyak mereka yang berhasil melalui penderitaan, penjara dan siksaan, tapi tergelincir dalam bujukan manis dunia, bertekuk lutut dibawah kelezatan harta, tahta, dan wanita.

Kesenangan dan kenikmatan duniawi merasuk dengan tulus tanpa terasa. Merayap perlahan di tengah kelalaian para dai yang lupa pada balasan akhirat. Ujian ini dibungkus dan dilapisi oleh sesuatu yang menyenangkan nafsu syahwat,kemasyhuran, penghormatan orang, fasilitas yang disediakan masyarakat, atau jaminan-jamainan yang dijanjikan para tirani dengan segala tipu dayanya, adalah beberapa bentuk diantaranya.

Jeratan yang sangat memikat inilah yang di khawatirkan Nabi Yusuf a.s. sehingga ia berkata kepada Allah Yang Maha Memelihara :
Yusuf berkata, "Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. Dan jika tidak Engkau hindarkan dari padaku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh." (QS Yusuf: 33)

Kepada Rasulullah SAW para pembesar Quraisy menawarkan segala fasilitas yang mungkin dibutuhkan olehnya; “Jika Muhammad ingin menjadi raja maka akan kami angkat, jika Muhammad ingin harta maka kami bangsa Qurasy akan mengumpulkan harta untuknya, jika Muhammad menginginkan wanita akan kami berikan gadis-gadis yang tercantik di negeri ini, dan jika Muhammad mengidap penyakit kami akan mencarikan dokter-dokter terbaik untuk mengobatinya”. Penawaran ini disampaikan melalui paman Nabi SAW dengan harapan beliau akan menerima … dan mau meningglkan dakwah.
Nabi SAW sebagai pemimpin para da’i, menyatakan sikapnya yang agung terhadap bujuk rayu berbisa ini:
“Tidak, demi Allah wahai paman… seandainya mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku agar aku meninggalkan urusan dakwah ini… tidak akan aku lakukan ! Sampai Allah memenangkan dakwah ini atau aku binasa karenanya”.

Inilah sikap tegas dan pantas menjadi pedoman setiap juru dakwah yang mengajak ke jalan Allah.Terkadang bujukan datang dari pihak keluarga sang da’i. Dari istri, anak, sanak famili atau orang-orang kecintaan lainnya. Sering dihadapkan kepadanya rasa khawatir memandang masa depan dan jaminan hidup hari tua.. rasa takut yang akan mempermalukan keluarga, atau bahkan pemutusan hubungan famili. Dalam saat seperti ini mereka berpihak pada musuh, Allah mengingatkan:
Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka; dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS At-Taghabun: 14)

Ujian dari dalam inilah yang paling banyak memakan korban dan menjatuhkan pada da’I dari gelanggang dakwah. Mereka terdesak oleh kebutuhan rumah tangga dan kosongnya periuk nasi dikejar oleh bayangan penderitaan yang akan menimpa istri, anak, orang tua, atau orang yang ia kasihi. Godaan dan bujuk rayu dunia bukan dihadapkan semata kepada sang da’I tapi mungkin nyelonong lewat pintu belakang, sedangkan mereka belum tentu siap menerima ini. Karena itu setiap da’I harus mempersiapkan keluarga, istri, anak, famili sebagai basis dakwah. Kepada mereka harus diingatkan firman Allah :
Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia untuk Kami cobai mereka dengannya. Dan karunia Tuhan kamu adalah lebih baik dan lebih kekal. (QS Thaha: 131)

Kepada istri-istri juru dakwah harus diberikan sikap tegas sebagaimana yang diperintahkan Allah kepada Nabi untuk mendidik wanita-wanita beriman :
“Hai nabi, katakanlah kepada istri-istri mu: Jika kamu sekalian menginginkan kehidupan dunia dan perhiasannya, maka marilah supaya kuberikan kepadamu mut’ah dan aku ceraikan kamu dengan cara yang baik “.
Rumah tangga yang islami harus menjadi benteng perjuangan yang memberikan spirit menjadi celah bagi arus kejahiliyahan yang datang dari luar.

Karakteristik perjalanan dakwah ini harus dilalui oleh mereka yang hendak menegakkan kebenaran. Di sepanjang jalan ia akan mengalami dua ujian;
Pertama: berupa kesengsaraan, ejekan, celaan, atau hinaan dari musuh-musuh Allah (asy-syar)

Kedua: kesenangan dan kelezatan yang datang tanpa disadari atau dengan bujuk rayu penuh tipu daya dari musuh-musuh dakwah (al khair)
Akhir perjalanan bagi setiap juru dakwah adalah maut. Disana terdapat balasan yang kekal, surga atau neraka. Dan Allah tidak akan menyalahi janjinya.

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kami lah kamu dikembalikan. (QS Al-Anbiyaa: 35)

Wallahualambisowab.

Pekanbaru,12 Juni 2006


Pekan pertama di Pekanbaru

Monday, June 05, 2006

Kembali dari Solo: Pemimpin itu

Assalamualaikum.

Alhamdulillah, Akhirnya pagi ini jam 6 tiba lagi di Jakarta, Subhanallah 4 hari di Solo, Alhamdulillah menyenangkan. Di Solo banyak juga yang berubah ya, termasuk di FE sendiri sepertinya ada yang mau dibangun lagi tuh didekat BMT. Selama di solo juga ketemu dengan beberapa ikhwan yang subhanallah saat ini memiliki amanah mas'uliyyah (Tanggung jawab) yang tiada ringan baik di Universitas maupun di Fakultas. Semoga Allah memberikan petunjuk kepada kita semua sehingga terhindar dari segala hal yang tidak diridhoi-Nya.

Bergumul dengan aktivitas kampus memberikan sebuah sensasi yang berbeda, ketika telah selesai dari kampus meninggalkan sebuah kenangan yang mendewasakan, dan terutama memberikan sebuah pengalaman yang bermanfaat bagi kehidupan dimasa depan. Dari penggalan catatan dan pengalaman pribadi, beberapa hal tentang organisasi semoga bisa memberikan manfaat. Agak susah juga ingin memulai dari mana menuliskan pengalaman tentang organisasi (Jamaah). Namun saya coba memulai diskusi ini dari sisi kepemimpinan dan beberapa prinsip dasar didalamnya.

Pemimpin, siapapun kita, Seorang Presiden BEM Fakultas seperti akh Wahyu atau Seorang Ketua DEMA Universitas seperti akh Firman, atau Saya atau akh Samboga sebagai kepala keluarga, Semuanya adalah pemimpin. Ini berdasarkan hadits “Setiap kamu adalah pemimpin dan setiap kamu akan dimintai pertanggungjawaban tentang kepemimpinan kamu” (HR. Bukhari dan Muslim)

Pemimpin pada satu sisi adalah amanah yang kita diharamkan untuk memintanya, namun disisi yang lain adalah amanah yang diharamkan juga apabila kita menolaknya jika diamanahkan kepada kita selama amanah ini bertujuan untuk memperbaiki kehidupan menjadi lebih baik dan sesuai Syar’I "Barangsiapa yang diserahi kekuasaan urusan manusia lalu menghindar (mengelak) melayani kaum lemah dan orang-orang yang membutuhkannya, maka Allah tidak akan mengindahkannya pada hari kiamat" (HR. Ahmad). Sehingga memiliki amanah sebagai seorang pemimpin (Semua kita adalah pemimpin) bagaimanapun adalah sesuatu yang berat yang pasti akan dimintai pertanggungjawabannya.

Kalau ditinjau dari bahasa, Pemimpin dalam bahasa arab (Insya Allah) diistilahkan dengan kata imam dan khalifah. Secara harfiyah, imam berasal dari kata amma, ya’ummu yang artinya menuju, menumpu dan meneladani. Sesuatu yang memiliki arti sangat berat saya rasakan karena memiliki konsekuensi harus selalu berusaha untuk menjadi pelopor dalam kebaikan, juga berarti ada sebuah konsekuensi kita untuk senantiasa ber-islahun nafs (Memperbaiki diri) secara istimror (kontinyu).

Sedangkan kata khalifah berasal dari kata khalafa yang berarti belakang atau pengganti, artinya pemimpin harus bisa berada di belakang untuk menjadi pendorong diri dan orang yang dipimpinnya untuk maju dalam menjalani kehidupan yang baik dan benar sekaligus mengikuti kehendak dan arah yang dituju oleh orang yang dipimpinnya kearah kebenaran atau sebagai seorang Motivator. Kalau dalam ilmu kita di FE kita sebut “Menejemen”. Ketika masih dikampus saya sangat merasakan sekali bagaimana perlunya kemampuan untuk memotivasi orang lain untuk tetap bekerja ini sangat penting untuk dimiliki seorang ketua lembaga atau ketua bidang, kadang ketika rapat hanya dihadiri orang 1 atau 2, dan saya berfikir yang seharusnya dievaluasi pertama adalah saya (ketuanya), baru evaluasi yang lainnya. Yah Wallahualam.

1. Tanggung Jawab, Bukan Keistimewaan. Saya akui memang sangat sulit rasanya ketika kita menjadi seseorang yang memiliki jabatan,dalam semua level atau tingkatan. Rasanya susah sekali untuk menghindari rasa bahwa diri ini istimewa ketika sedang memiliki jabatan. Ya ikhwah, marilah kita berusaha bersama, bahwa jabatan bukanlah suatu keistimewaan. Sehingga seorang pemimpin atau pejabat tidak boleh merasa menjadi manusia yang istimewa diantara yang lain, sehingga ia merasa harus diistimewakan dan mungkin akan merasa marah bila orang lain tidak mengistimewakan dirinya.


Mungkin kita masih teringat dengan kisah khalifah Umar bin abdul Aziz, seorang khalifah yang cemerlang datang ke sebuah pasar untuk mengetahui langsung keadaan pasar, maka ia datang sendirian dengan penampilan biasa, bahkan sangat sederhana sehingga ada yang menduga kalau ia seorang kuli panggul lalu orang itupun menyuruhnya untuk membawakan barang yang tak mampu dibawanya. Umar membawakan barang orang itu dengan maksud menolongnya, bukan untuk mendapatkan upah. Namun ditengah jalan, ada orang memanggilnya dengan panggilan yang mulia sehingga pemilik barang yang tidak begitu memperhatikannya menjadi memperhatikan siapa orang yang telah disuruhnya membawa barangnya. Setelah ia tahu bahwa Umar sang khalifah yang disuruhnya, iapun meminta maaf, namun Umar merasa hal itu bukanlah suatu kesalahan. Karena kepemimpinan itu tanggung jawab atau amanah yang tidak boleh disalahgunakan, maka pertanggungjawaban menjadi suatu kepastian.

2. Pengorbanan, Bukan Fasilitas Saya teringat dengan buku “Bukan di Negeri Dongeng” yang subhanallah membacanya membuat saya menangis mengingat betapa mulianya pengorbanan para anggota legeslatif PKS melawan kondisi yang zholim, Saya juga teringat betapa terkejutnya para pejabat dan bupati di Sumatera ketika kunjungan Menteri Pertanian pak Anton ke daerahnya hanya menggunakan pesawat kelas ekonomi bersama penumpang yang lain, dan pak menteri mau untuk menginap disalah satu rumah petani. Menjadi pemimpin atau pejabat bukanlah untuk menikmati kemewahan atau kesenangan hidup dengan berbagai fasilitas duniawi yang menyenangkan, tapi justru ia harus mau berkorban dan menunjukkan pengorbanan, apalagi ketika masyarakat yang dipimpinnya berada dalam kondisi sulit dan sangat sulit.

Masih kisah Umar bin Abdul Aziz, sebelum menjadi khalifah ia biasanya menghabiskan dana untuk membeli pakaian yang harganya 400 dirham, tapi ketika ia menjadi khalifah ia hanya membeli pakaian yang harganya 10 dirham, hal ini ia lakukan karena kehidupan yang sederhana tidak hanya harus dihimbau, tapi harus dicontohkan langsung kepada masyarakatnya. Betapa kagetnya juga saya ketika dikampus dulu saya membaca RAPBD Solo, yang untuk biaya pakaiannya bapak walikota saja 500 juta dan biaya pemeliharaan kendaraan yang juga ratusan juta. Subhanallah, inikah seorang pemimpin.


3. Kerja Keras, Bukan Santai. Rasulullah adalah teladan yang sebaik2nya dalam masalah ini, dalam siroh kita sudah melihat betapa dalam masalah bekerja Rasulullah selalu terdepan, bahkan dalam kondisi qital (perang). Pemimpin mendapat tanggung jawab yang besar untuk menghadapi dan mengatasi berbagai persoalan yang menghantui “rakyat” yang dipimpinnya untuk selanjutnya mengarahkan kehidupan masyarakat untuk bisa menjalani kehidupan yang baik dan benar serta mencapai kemajuan dan kesejahteraan. Untuk itu, pemimpin dituntut bekerja keras dengan penuh kesungguhan (Jiddiyah) dan optimisme. Saat menghadapi krisis ekonomi, Khalifah Umar bin Khattab membagikan sembako (bahan pangan) kepada rakyatnya. Mungkin kalau di Indonesia sini seperti Dana JPS atau Dana bantuan langsung. Meskipun sore hari Khalifah Umar sudah menerima laporan tentang pembagian yang merata, pada malam hari, saat masyarakat sudah mulai tidur, Umar mengecek langsung dengan mendatangi lorong-lorong kampung, Umar mendapati masih ada rakyatnya yang memasak batu sekedar untuk memberi harapan kepada anaknya yang menangis karena lapar akan kemungkinan mendapatkan makanan. Meskipun malam sudah semakin larut, Umar pulang ke rumahnya dan ternyata ia memanggul sendiri satu karung bahan makanan untuk diberikan kepada rakyatnya yang belum memperolehnya.

4. Kewenangan Melayani, Bukan Sewenang-Wenang. Sebuah Filosofi yang menurut saya hanya dimiliki oleh islam dan menandakan kemuliannya, bahwa seorang pemimpin adalah pelayan bagi orang yang dipimpinnya, karena itu menjadi pemimpin atau pejabat berarti mendapatkan kewenangan yang besar untuk bisa melayani masyarakat dengan pelayanan yang lebih baik dari pemimpin sebelumnya, Rasulullah Saw bersabda : "Pemimpin suatu kaum adalah pelayan mereka" (HR. Abu Na’im)

5. Keteladanan dan Kepeloporan, Bukan Pengekor. Menjadi pelopor dalam segala bentuk kebaikan, bukan malah menjadi pengekor yang tidak memiliki sikap terhadap nilai-nilai kebenaran dan kebaikan. Ketika seorang pemimpin menyerukan kebaikan maka ia telah menunjukkan kebaikan itu sebelumnya. Ketika ia menyerukan hidup sederhana dalam soal materi, maka ia tunjukkan kesederhanaan bukan malah kemewahan. Ketika Rasulullah Saw membangun masjid Nabawi di Madinah bersama para sahabatnya, beliau tidak hanya menyuruh dan mengatur atau tunjuk sana tunjuk sini, tapi beliau turun langsung mengerjakan hal-hal yang bersifat teknis sekalipun. Beliau membawa batu bata dari tempatnya ke lokasi pembangunan sehingga ketika para sahabat yang lebih muda dari beliau sudah mulai lelah dan beristirahat, Rasul masih terus saja membawanya meskipun ia juga nampak lelah. Karena itu seorang sahabat bermaksud mengambil batu yang dibawa oleh nabi agar ia yang membawanya, tapi nabi justeru menyatakan: “kalau kamu mau membawa batu bata, disana masih banyak batu yang bisa engkau bawa, yang ini biar tetap aku yang membawanya”. Karenanya para sahabat tetap dan terus bersemangat dalam proses penyelesaian pembangunan masjid Nabawi.

Tidak ada agama yang mengatur tentang kepemimpinan sebagaimana yang islam lakukan, Masalah ini menjadi sangat penting untuk diperhatikan. Kita semua adalah pemimpin, terutama pemimpin untuk diri kita masing2. Sehingga sifat2 inipun sudah semestinya kita miliki bersama, dan menjadi patokan ketika memilih pemimpin. Baik hanya memilih seorang ketua kelas, ketua kelompok belajar, ketua bidang, ketua lembaga (Misal BEM, BPPI, dll), ketua RT, anggota parlemen, bupati, gubernur, atau juga presiden. Memilih suami juga ya..?

Barakallahufiikum.

Wallahualambishowab.


---Tulabi---

Selamat UP Greading BEM


Assalamualaikum WR wb.


Amma Ba'du,
Surat ini adalah surat yang pernah saya tulis ketika masih di kampus kepada saudara-saudara yang sangat saya cintai disana. Kepada mereka yang Allah berikan sebuah kelebihan kesempatan untuk dapat membaktikan diri kepada islam dan ummatnya.

Kami persembahkan surat ini kehadapan antum semua pengurus DEMA dan BEM , dengan keinginan yang sangat kuat untuk ikut memberi bimbingan kepada "umat" di Fakultas Ekonomi, yang urusan mereka telah Allah Swt bebankan ke pundak anda di zaman ini. Suatu bimbingan yang kiranya dapat mengarahkan "umat" Fakultas Ekonomi diatas sebaik-baik jalan, Sebuah jalan yang dibangun oleh sebaik-baik sistem hidup, yang bersih dari kerancuan dan jauh dari ketidak pastian. dan jalan yang telah teruji oleh sejarah yang panjang.

Kami pun tidak sekali-kali mengharapkan apapun dari anda, cukuplah bahwa dengannya berarti kami telah menunaikan kewajiban dan mempersembahkan kepada anda sebuah nasihat. sungguh pahala Allah, dialah yang lebih baik dan lebih kekal.

Ayyuhal Ikhwah yang sangat saya cintai, yang saat ini sedang mengemban amanah yang berat dari Allah Swt ini, Sungguh ketika kami menyeru, ada Qur'an ditangan kanan kami dan sunnah di tangan kiri kami, serta jejak kaum salaf yang saleh dari putra-putra terbaik umat ini adalah panutan kami.

Saat ini Allah Swt telah menyerahkan urusan dakwah di kampus ini terhadap antum, sehingga kemaslahatan urusan mereka hari ini semuanya berada di tangan antum. Sungguh amanah ini, untuk menjadi pengurus BEM dan DEMA bukanlah amanah yang ringan. Dahulu pernah berkata seorang pemimpin yang adil, " Seandainya seekor kambing di irak terpeleset kakinya, maka aku menganggap dirikulah yang harus bertanggungjawab di hadapan ALlah, mengapa aku tidak membuatkan jalan untuknya?".

Begitu pula ketika kita diilhami sebuah ungkapan bijak umar bin khathab " Saya sudah cukup senang jika dapat keluar dari dunia ini dengan impas: tidak mendapat dosa dan tidak pula diberi pahala".

Ayyuhal ikhwah,Sekali lagi Kami pun tidak akan sekali-kali mengharapkan apapun dari anda, cukuplah bahwa dengannya berarti kami telah menunaikan kewajiban dan mempersembahkan kepada anda sebuah nasihat. sungguh pahala Allah, dialah yang lebih baik dan lebih kekal.

Ada 3 hal sulit yang harus dilakukan saat ini oleh kita untuk kembali dapat menyempurnakan pemahaman tentang "amanah" ini,memperbaiki kinerja lembaga, serta Men-sistematiskan pemikiran dan juga pekerjaan kita.

Pertama, yang harus kita lakukan adalah mencoba untuk melihat dengan jelas dan bersama-sama menyepakati agenda-agenda apa saja yang menjadi beban amanah kita saat ini,atau me-list kembali seluruh pekerjaan-pekerjaan kita baik jangka pendek maupun jangka panjang. Pekerjaan melist agenda ini menjadi sangat penting untuk dilakukan dikarenakan waktu yang kita miliki selama menjadi pengurus pada umumnya hanyalah satu tahun, Sehingga dengan me-list inipun kita dapat membuat prioritas agenda mana saja diantara sekian banyak agenda yang ingin kita "bereskan" periode ini, karena sekali lagi kita paham bahwa satu tahun adalah waktu yang sangat pendek untuk bisa menyelesaikan semua agenda yang ada sehingga kita perlu untuk menentukan target agenda yang akan kita selesaikan. Panduan utama dalam melakukan prioritas agenda tentu saja akan kita letakkan pada dasar kemanfaatan, urgensi, dan juga waktu (Mendesak atau tidaknya).

Kedua, Lakukan Evaluasi. Sebenarnya evaluasi ini adalah program yang berkesinambungan yang urgensinya sebagaimana telah saya tuliskan dalam kesempatan yang lalu. namun dalam konteks ini, proses evaluasi dilakukan dengan harapan bahwa nantinya kita akan dapat melihat dengan jelas tentang hal-hal apa saja yang menjadi kelemahan dimasa lalu dan juga peluang perbaikan dimasa depan untuk setiap agenda pekerjaan yang telah kita list dan yang telah kita sepakati untuk di selesaikan bersama.

Ketiga, menyepakati bersama tentang langkah efektif yang akan kita ambil untuk mencapai tujuan kita. Menentukan apa yang akan kita lakukan ini menjadi agenda yang sangat penting sehingga menghindarkan kita dari kerja yang "Sporadis". Membantu kita untuk menstrukturkan langkah, mensinergiskan gerakan, sehingga akan menciptakan bentuk gerak yang harmonis, indah, dan jauh dari kekecawaan pribadi setiap penggerak roda-roda dakwah.

Pekerjaan awal yang panjang dan melelahkan memang, namun inilah konsekuensi logis yang harus kita ambil dan kita ikhlaskan. Sekali lagi, bahwa pekerjaan ini mungkin akan menjadi pekerjaan yang melelahkan dan kadang membosankan, namun pekerjaan ini adalah pekerjaan "pokok" yang harus diselesaikan diawal. Terkadang kita akan menemukan kebuntuan ketika menunaikan pekerjaan ini, namun janganlah sampai sekali-kali kebuntuan ini memaksa kita untuk menyerah dengannya, yang kita butuhkan ketika menemui kebuntuan ini hanyalah sedikit "istirahat" dan juga mendengarkan pendapat-pendapat orang lain, misalnya para pendahulu ataupun mungkin orang yang lebih memiliki pengalaman, dan kemudian kita akan kembali lagi dengan semangat yang baru dan air muka yang lebih ceria dengan kesegaran yang terpancar dari pemikiran dan ide-ide baru yang cemerlang.

Semoga bermanfaat,Semoga Allah Swt berkenan untuk menunjukkan kepada kita jalan kebenaran dan juga memberikan kepada kita kekuatan dan kemudahan untuk bisa mengikutinya. dan semoga Allah swt juga berkenan untuk menunjukkan kepada kita kebathilan dan memberikan juga kepada kita kekuatan dan kemudahan untuk menjauhinya.
Barakalallahu fiikum.


Wallahualam bishowab.


---Tulabi---

Menunggu para Pembaharu..


Assalamualaikum.

Ba’da tahmid wa sholawat.

Alhamdulillah, akhirnya setelah 4 hari ber”tamasya” di Solo, akhirnya sampai kembali dengan selamat di Jakarta, Mulai disibukkan kembali dengan aktivitas kantor. Menghirup kembali udara Jakarta membuat pikiran dipenuhi lagi dengan setumpuk kertas di meja kantor. Kayaknya harus mulai belajar untuk menikmati “kesibukan” Jakarta.

Ketika sedang berada di Solo dan kembali lagi ke Jakarta terasa sekali ada sebuah nuansa yang sangat berbeda antara Dakwah di Kampus (dakwah Tulabi) dengan dakwah profesi (Dakwah mihani). Secara mendasar, konsep, tujuan, maupun misi tidak ada yang berbeda, mungkin hanya lingkungan yang baru. Dakwah pada dasarnya merupakan upaya untuk merealisasikan nilai-nilai islami ke dalam segala aspek kehidupan, dan keberhasilan dakwah ini tentunya sangat tergantung terhadap model/bentuk yang digunakan.

Kalau di Kampus kita sudah sering mendengar istilah Manhaj dakwah kampus atau kerangka/system yang digunakan untuk melaksanakan dakwah di kampus, sedangkan dakwah profesi sepertinya belum sepesat kemajuan kampus.

Peran utama dakwah kampus setidaknya memiliki 2 fungsi, yang pertama adalah sebagai penyuplai alumni-alumni yang berakhlak islami dan yang memiliki kekuatan fikroh yang baik serta menjaga kesinambungan "produksi" kader dakwah, sehingga setelah dari kampus dapat diharapkan menjadi orang2 yang akan menjadi “motor” penggerak didalam masyarakatnya masing-masing. Sedangkan yang kedua, kampus telah mengambil peran penting dalam perannya sebagai sebuah lembaga yang memiliki “kekuatan” fikiran didalam perubahan bangsa ke arah yang lebih baik.

Dakwah profesi pun diharapkan akan mengambil peran yang sama pentingnya dengan dakwah kampus. Dan saat inipun Indonesia sedang menunggu, Menunggu antum-antum para pembaharu, untuk memuliakan akhlak bangsa ini dan meletakkan islam sebagai dasar perubahan bangsa. Maka bergegaslah siapkan diri antum kemudian siap mengambil posisi dalam amal islami ini.

Wallahualambishowab.



---Tulabi---

Wa'tasimu bihablillahi Jami'aa

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

"Wallaziina yumassikuuna bilkitaabi wa'akamuussholataa inna lanudhi'u ajralmuslihiin"
(Dan ORang-orang yang berpegang teguh dengan Al-kitab,serta mendirikan sholat-akan diberi pahala-karena sesungguhnya kami tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang mengadakan perbaikan)

Sejarah telah diwarnai, dipenuhi dan diperkaya oleh orang-orang yang sungguh-sungguh. Bukan oleh orang-orang yang santai, berleha-leha dan berangan-angan.Begitu pula dunia telah diisi dan dimenangkan oleh orang-orang yang merealisir cita-cita, harapan dan angan-angan mereka dengan jiddiyah (kesungguh-sungguhan) dan kekuatan tekad. namun kebatilan pun dibela dengan sungguh-sungguh oleh para pendukungnya.

Allah memberikan ganjaran yang sebesar-besarnya dan derajat yang setinggi-tingginya bagi mereka yang sabar dan lulus dalam ujian kehidupan di jalan dakwah. Jika ujian, cobaan yang diberikan Allah hanya yang mudah-mudah saja tentu mereka tidak akan memperoleh ganjaran yang hebat.

Di situlah letak hikmahnya, yakni bahwa seorang da’i harus sungguh-sungguh dan sabar dalam meniti jalan dakwah ini. Perjuangan ini tidak bisa dijalani dengan ketidaksungguhan, azam yang lemah dan pengorbanan yang sedikit.

Ali ra. sempat mengeluh ketika melihat semangat juang pasukannya mulai melemah, sementara para pemberontak sudah demikian destruktif, berbuat dan berlaku seenak-enaknya. Para pengikut Ali saat itu malah menjadi ragu-ragu dan gamang, sehingga Ali perlu mengingatkan mereka dengan kalimatnya yang terkenal tersebut. Sehingga Ali bin Abi Thalib ra menyatakan : “Al-haq yang tidak ditata dengan baik akan dikalahkan oleh Al-bathil yang tertata dengan baik”.

Dakwah berkembang di tangan orang-orang yang memiliki militansi, semangat juang yang tak pernah pudar. Ajaran yang mereka bawa bertahan melebihi usia mereka. Boleh jadi usia para mujahid pembawa misi dakwah tersebut tidak panjang, tetapi cita-cita, semangat dan ajaran yang mereka bawa tetap hidup sepeninggal mereka.

Orang-orang yang beristiqomah di jalan Allah akan mendapatkan buah yang pasti berupa keteguhan hati. Bila kita tidak kunjung dapat menarik ibrah dan tidak semakin bertambah teguh, besar kemungkinannya ada yang salah dalam diri kita. di antara sekian jenis kemiskinan, yang paling memprihatinkan adalah kemiskinan azam, tekad dan bukannya kemiskinan harta.

Karena kebahagiaan sejati akan diperoleh manusia bila ia tidak bertumpu pada sesuatu yang fana dan rapuh, dan sebaliknya justru berorientasi pada keabadian.

QS. 47:7, “In tanshurullah yanshurkum wayutsabbit bihil aqdaam” (Jika engkau menolong Allah, Allah akan menolongmu dan meneguhkan pendirianmu).


Wallahualam bisshawab.



---Tulabi---

Pertanyaan Mas Samboga

Tanya:
mo nanya ni..bilamana kita punya barang yang kita beli secara halal, kemudian kita jual di tempat yang "nggak jelas", misal kita punya pakan ternak kemudian kita jual ke peternakan babi, gmn hukumnya dengan keuntungan yang kita dapet?haramkah...?dalam hal ini mengingat daging babi haram dimakan. Atau misalnya kita punya kambing kemudian kambing kita jual ke orang yang ternyata dimasak menjadi sate yang menjadi menu di restoran atau hotel yang khas dengan pelacurannya, apa uang yang kita dapet dari jual kambing menjadi haram..?Hmm..barangkali temen2 ada yang menyarankan, mbok yao daripada di jual ke tempat yang gak jelas di jual ke tempat yang udah jelas ajah, gt :-) its Oke :-) But gmn dg kasus diatas ya..? hmm, mohoon pencerahannya, jzkllh.
samb.

Jawab.
Assalamualaikum.

Bismillahi tawakaltu alallah,
Alhamdulillah, Senin pagi seperti biasanya mulai lagi dengan aktivitas rutin. Semoga Allah Swt senantiasa menunjukkan kepada kita kebenaran-Nya serta memberikan kemudahan juga kekuatan kapada kita untuk dapat mengikuti kebenaran-Nya.

Bagaimana kabarnya Ikhwah semuanya nih, Semoga diberikan barokah dalam setiap aktivitas ya. Pernah ana membaca sedikit tentang hal yang ditanyakan akh samboga, ana akan mencoba untuk menjawab dari apa yang ane ketahui. Untuk memudahkan pembahasannya ane akan membagi tulisan ini dalam beberapa bab.

Sebelum membahas tentang pertanyaan akh samboga, Dibawah ini adalah beberapa ayat didalam Alquran yang memerintahkan kepada kita untuk mencari nafkah, atau bekerja dan berpenghasilan.

“Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu sekalian di muka bumi dan Kami adakan bagimu di muka bumi (sumber) penghidupan. Amat sedikitlah kamu bersyukur.” (Qs.Al-a’raf:10)

“Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung” (Qs.Al-Jumuah:10)

“Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.”(Qs.Sl-Mulk:15)

“dan Kami jadikan siang untuk mencari penghidupan” (Qs.An-Naba’11)

Diatas adalah beberapa ayat yang memerintahkan kita untuk mencari nafkah dan berpenghasilan. Kemudian ada subuah kaidah yang mengatakan “Al-amru bisyai’I nahyu an siddihi” (Kalau ane nda salah arabnya begitu) berarti “Perintah untuk sesuatu berarti larangan bagi sebaliknya” Misalkan perintah untuk beriman adalah larangan untuk kafir atau larangan untuk mendekati zina adalah perintah untuk menjauhi zina, nah begitu pula dalam hal mencari nafkah ini, perinatah untuk mencari nafkah adalah berarti larangan untuk menganggur dan berdiam diri.



DALIL SELAIN AL-QURAN.

Kemudian, selain dalil dari Al-Quran, ada juga beberapa hadits Rasulullah tentang baiknya mencari nafkah.

“Sesungguhnya bila seseorang diantara kamu semua mengambil tambangnya,kemudian mencari kayu bakar,dan diletakkan diatas punggungnya. Hal itu adalah lebih baikdaripada ia mendatangi seseorang yang telah dikaruniai dari keutamaannya, kemudian meminta-minta dari kawannya,adakalanya diberi adakalanya ditolak.”(Diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim).

“Kalau ada seseorang yang keluar dari rumahnya untuk bekerja guna membiayai anaknya yang masih keci, maka ia telah berusaha fisabilillah. Jikalau ia bekerja untuk dirinya sendiri agar tidak sampai meminta-minta kepada orang lain,itupun fisabilillah. Tetapiapabila ia bekerja untuk pamer dan bermegah-megahan maka itu fisabilissyaitan, atau karena mengikuti jalan syeitan”.(Diriwayatkan oleh Tabrani).

“Usaha seseorang yang sebaik-baiknya adalah ketika kita bekerja sebaik-baiknya (Dalam bahasa kita sekarang “Profesional”).” (Diriwayatkan olrh Ahmad).

Itulah sekiranya beberapa dalil yang memerintahkan kita untuk bekerja dan berpenghasilan. Maka marilah kita mensyukuri nikmat yang telah Allah berikan kepada kita saat ini dengan memberikan kepada kita pekerjaan yang baik.

Dari dalil perintah untuk bekerja diatas, maka kita dapat mengambil beberapa kesimpulan dari tujuan dan menfaat yang disyariatkan untuk bekerja.:

1) Tujuan bekerja adalah untuk memenuhi kebutuhan pribadi dengan harta yang halal, Sehingga dapat menjaga dirinya dari meminta-minta.
Adapun orang yang dibolehkan meminta-minta menurut ulama hanya dikarenakan oleh beberapa sebab :
Menderita kemiskinan yang melilit.
Memiliki hutang yang banyak dan menjerat.
Menanggung beban melebihi kemampuan,
2) Tujuan bekerja untuk kemaslahatan keluarga, atau memberikan nafkah keluarga.
3) Tujuan bekerja untuk kemaslahatan masyarakat dan memakmurkan bumi.



BERDAGANG (JUAL-BELI)

“Hukum asal dari Ibadah adalah haram, kecuali yang diperintahkan. Sedangkan Hukum asal dari Muamalah adalah mubah, kecuali yang diharamkan” (Kaidah ini disampaikan oleh Ustad Syafirudin Lc dalam Seminar Ruqiyah di Msj. Agung Ciputat)

Kaidah diatas bisa menjadi pegangan untuk kita dalam beribadah dan bermuamalah, sedangkan pekerjaan adalah termasuk didalam bermuamalah. Salah satu pekerjaan yang baik adalah jual-beli atau berdagang (Sebagaimana yang dilakukan akh Samboga).

“Padahal Allah telah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.” (Qs.l-baqarah:275)

Adapun syarat dalam melakukan jual-beli adalah Ridho terhadap Jual-beli tersebut (Sama-sama suka dan tidak ada yang dirugikan atau dipaksa). Ini berdasarkan Surat An-Nisaa’ ayat 24.
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu”


Sedangkan tentang etika melakukan Jual-beli pun telah diatur oleh Allah SWT didalam Al-Quran al Karim. (Menjauhkan yang haram dalam jual-beli):

Berlaku adil walaupun terhadap kerabat:
“Dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada sesorang melainkan sekedar kesanggupannya. Dan apabila kamu berkata, maka hendaklah kamu berlaku adil, kendatipun ia adalah kerabat(mu), dan penuhilah janji Allah. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu ingat.”(Qs Al-An’aam:152).

Menyempurnakan takaran/timbangan:
“Sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu termasuk orang- orang yang merugikan” (Qs.Asy-Syuara:181)

Tidak mengambil hak orang lain:
“Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan” (Qs.Asy-Syuara:183)



APAKAH MENJUAL PAKAN BABI ADALAH HARAM.

“Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Qs.Al-Baqarah:173)

“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala” (Qs.Al-maa’idah:3)

“Katakanlah: "Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi - karena sesungguhnya semua itu kotor - atau binatang yang disembelih atas nama selain Allah.(Qs.Al-An-‘aam:145)

“Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan atasmu (memakan) bangkai, darah, daging babi dan apa yang disembelih dengan menyebut nama selain Allah”(Qs.An-Nahl:115)


Diatas adalah ayat-ayat didalam al-Quran yang menyatakan tentang keharaman memakan daging babi, yang disebabkan karena kotor. Namun tidak dikatakan bahwa pekerjaan menjual makanan untuk babi adalah dilarang, karena pada hakikatnya sama seperti menjual pakan binatang yang lain.

Adapun kaidah yang mengatakan bahwa “orang yang melakukan kemaksiatan,dan setiap orang yang membantu (bekerja sama/bersekutu) terlaksananya sebuah kemaksiatan adalah sama-sama mendapatkan dosa”
Sebagaimana dalam hadits-hadits shohih:


"Allah melaknat khamar, peminumnya, penuangnya, pemerahnya, yang meminta diperahkan, pembawanya, dan yang dibawakannya." (HR Abu Daud dan Ibnu Majah) "Rasulullah saw. melaknat orang yang menyuap, yang menerima suap, dan yang menjadi perantaranya." (HR Ibnu Hibban dan Hakim) "Rasulullah melaknat pemakan riba, yang memberi makan dengan hasil riba, dan dua orang yang menjadi saksinya." Dan beliau bersabda: "Mereka itu sama." (HR Muslim) "Rasulullah saw. melaknat orang yang makan riba dan yang memberi makan dari hasil riba, dua orang saksinya, dan penulisnya." (HR Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah, dan Tirmidzi) "Orang yang makan riba, orang yang memben makan dengan riba, dan dua orang saksinya --jika mereka mengetahui hal itu-- maka mereka itu dilaknat lewat lisan Nabi Muhammad saw. hingga han kiamat." (HR Nasa'i)

Tentang kaidah bekerja sama dalam melakukan maksiat tersebut, maka menjual pakan babi adalah tidak sama dengan orang yang pekerjaanya memasak babi untuk dimakan, ataupun orang yang pekerjaannya menyembelih babi untuk dimakan, atau pekerjaan menjual pakan babi tidak memiliki hubungan langsung dengan memakan daging babi. Sama seperti penjelasan tentang apakah seorang satpam atau Cleaning service yang bekerja di Bank. Maka satpam dan Cleaning service tersebut tidaklah termasuk membantu Riba, karena pekerjaan Satpam dan Cleaning service tidak berhubungan langsung dengan pendapatan Bank yang berasal dari Riba.


Dan adapun menjual sesuatu kepada orang yang akan menggunakan apa yang kita jual untuk kemaksiatan, adalah lebih baik untuk dihindari. Karena salah satu tujuan kita bekerja (telah dijelaskan diatas) adalah juga untuk kemaslahatan umat, Maka apabila kita mengetahui bahwa sesuatu yang kita jual akan digunakan untuk merugikan umat, adalah lebih baik untuk kita bisa menghindarinya. Sedangkan apabila itu diluar pengetahuan kita, maka semoga Allah tidak membebankan Dosa kepada kita.

Kiranya ini adalah Jawaban dari pendapat ane, Yang tidak lepas dari salah dan Dosa. “Innahu kaana Dhuluman Jahula” Sesungguhnya manusia itu zalim dan amat bodoh.

Rabbana latu’akhidna innasiina au’akhta’na.
Ya Allah Janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah.
WallahualamBishowab.


---Tulabi---

Playboy..mmm.


Assalamualaikum.


Segala puji hanya milik Allah semata, sholawat dan salam atas nabi kita Muhammad dan atas keluarganya dan para sahabatnya. Semoga Allah Swt memberikan kepada kita kekuatan untuk mengikuti kebenaran-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

Kaum muslimin Indonesia dewasa ini telah ditimpa oleh cobaan yang besar, musibah yang telah tampak dihadapan kita, apa yang dilakukan oleh para pedagang kerusakan dan agen-agen kekejian serta penyebar kemungkaran di kalangan kaum mukminin: mereka menerbitkan majalah-majalah yang menentang Allah dan Rasul-Nya. Majalah-majalah yang mencantumkan di halaman-halamannya gambar-gambar telajang dan wajah-wajah yang menggoda yang membangkitkan nafsu syahwat, dan mengajak kepada kerusakkan.


majalah-majalah yang banyak mengiklankan kejahatan dan maksiat serta membangkitkan nafsu, didalamnya terdapat:
1) Gambar-gambar seksi di cover majalah dan di dalamnya.
2) Wanita-wanita dengan seluruh perhiasaannya yang mengoda dan menggairahkan.
3) Ucapan-ucapan yang kotor, untaian puisi dan kalimat yang jauh dari etika malu dan kemuliaan yang menghancurkan akhlak dan merusak umat.
4) Cerita-cerita roman yang keji, dan berita-berita artis dan aktor, penari laki-laki dan wanita dari kalangan orang-orang yang suka berbuat maksiat.
5) Dalam majalah-majalah ini terdapat seruan yang terang-terangan untuk mempertontonkan kecantikan kepada orang lain, bersolek dan bercampurbaurnya antara laki-laki dan wanita serta pengoyakkan hijab.
6) Pameran busana-busana seksi yang menutup tapi hakikatnya telanjang kepada kaum wanita mukminin untuk mengajak mereka kepada telanjang dan buka-bukaan serta menyerupai para pelacur dan pelaku maksiat.
7) Dalam majalah ini terdapat rangkulan, pelukan dan ciuman antara laki-laki dan wanita.
8) Di dalam majalah-majalah ini terdapat perkataan-perkataan yang bergejolak yang membangkitkan nafsu seksual yang mati pada jiwa para pemuda dan pemudi, sehingga mendorong mereka dengan segala kekuatan untuk menempuh jalan kesesatan, melenceng dan jatuh di dalam perzinahan, perbuatan dosa, pacaran dan cinta yang menggebu-gebu.

Melawan kemaksiatan adalah kewajiban setiap muslim, melawan dengan apapun yang kita miliki dan yang mampu kita lakukan, serta melawan dengan cara yang hikmah, Melawan dengan kekerasan pun diperbolehkan,namun pada waktu kekerasan itu memang dibutuhkan dan dianggap cara yang paling tepat.

Salah satu yang saat ini sedang ikhwah perjuangkan adalah bersama melawan tindakan pornografi dan pornoaksi memalui media apa saja yang bisa digunakan, termasuk didalamnya salah satu cara yang sangat efektif adalah dengan mendukung RUU APP (Anti Pornografi dan Pornoaksi). Karena kita sangat yakin bahwa bangsa ini bisa menjadi mulia tatkala para pemudanya memiliki kemuliaan akhlak, kejernihan berfikir dan kedalaman ilmu agama al-islam.

Lawan Playboy dan sejenisnya sekarang, atau masa depan bangsa ini akan suram. Majalah-majalah yang musuh Allah terbitkan itu akan merusak akidah pemuda-pemudi islam bangsa ini, merendahkan manusia serendah-rendahnya sehingga bertingkah sebagaimana sekumpulan binatang (kumpul kebo), mengahalalkan zina, serta merusak tatanan hidup masyarakat. Jangan biarkan pemuda-pemudi islam diracuni oleh materialisme barat, terus bergerak melawan.

Dibawah ini saya menukilkan Fatwa ulama tentang Majalah-majalah porno dan juga yang sejenisnya.Pertama : Diharamkan menerbitkan majalah-majalah hina seperti ini baik majalah-majalah umum atau khusus dengan pakaian-pakaian wanita. Barang siapa yang melakukan itu, maka dia mendapatkan bagian dari perkataan Allah Ta`ala.: Artinya : "Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat." (surat An Nur : 19). Kedua : Diharamkan untuk bekerja di instansi majalah-majalah ini dari segi manapun, baik tugasnya di administrasi atau redaksi atau percetakkan atau distributor. Karena perbuatan itu termasuk ke dalam menolong dalam perbuatan dosa dan kebatilan serta kerusakan. Allah Ta`ala berfirman : Artinya : "Dan janganlah kamu tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya".(Al Maidah : 2). Ketiga : Diharamkan mengiklankan majalah-majalah ini dan memasarkannya dengan sarana apapun, karena hal itu merupakan indikasi-indikasi terhadap kejahatan dan dakwah kepadanya. Sungguh telah tetap dari Rasulullah r bahwa beliau bersabda : " Barang siapa yang mengajak kepada kesesatan maka mendapatkan dosa seperti dosa orang yang mengikutinya tanpa dikurangi dasonya dari dosa-dosa orang yang mengikutinya itu sedikitpun " ( H.R. Muslim di kitabnya Shohih Muslim). Keempat : Diharamkan menjual majalah-majalah ini dan penghasilan yang didapatkan dari majalah ini adalah penghasilan yang haram. Barang siapa yang pernah melakukan hal ini maka haruslah dia bertaubat kepada Allah Ta`ala dan keluar dari penghasilan yang keji ini. Kelima : Diharamkan kepada kaum muslimin untuk membeli majalah-majalah ini dan menyimpannya disebabkan karena di dalamnya terdapat dosa dan kemungkaran. Sebagaimana membeli majalah itu adalah memperkuat pelarisan majalah-majalah ini dan mengangkat inkam mereka dan mensuport mereka untuk memproduksi dan memasarkannya. Seorang muslim wajib waspada terhadap keluarganya baik laki-laki atau wanita untuk mendapatkan majalah-majalah ini demi menjaga mereka dari bencana ini dan terpengaruh dengannya. Seorang muslim harus mengetahui sesungguhnya dia adalah pemimpin dan akan ditanya tentang kepemimpinannya pada hari kiamat. Keenam : Seorang muslim wajib memejamkan matanya dari melihat majalah-majalah yang merusak itu demi ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya saw dan demi menjauhi bencana dan tempat-tempatnya. Kepada seseorang janganlah mendakwakan terhadap dirinya terjaga dari dosa sungguh Rasulullah memberitahukan bahwa "Sesungguhnya syeitan itu mengalir di tubuh anak adam seperti mengalirnya darah". Imam Ahmad -rahimahullah- berkata : " Entah berapakah suatu pandangan yang menimbulkan bencana di hati orang yang melihat itu". Maka barang siapa yang tergantung dengan apa yang terdapat di dalam majalah-majalah itu dari gambar-gambar dan yang lainnya telah merusak hatinya dan kehidupannya serta memalingkannya kepada hal-hal yang tidak bermanfaat baik dunia maupun akhirat. Karena, baiknya hati dan kehidupannya hanya disebabkan oleh ketergantungan dengan Allah dan mengibadatinya, lezatnya bermunajah kepadanya dan ikhlas serta penuhnya kecintaannya kepada Allah.Ketujuh : Barang siapa yang dipilih Allah menjadi pemimpin di negeri Islam manapun wajib memberikan nasehat kepada kaum muslimin dan menjauhkan mereka dari kerusakan dan pelakunya dan menjauhkan mereka dari segala yang membahayakan mereka di dalam agama dan dunia mereka. Di antaranya melarang majalah-majalah yang merusak ini untuk disebar dan jual-belikan. Dan menahan kerusakannya deri mereka .tindakan ini merupakan menolong Allah dan agama-Nya. Dan merupakan sebab kemenangan dan keberhasilan dan menguasai bumi sebagaimana firman Allah: "Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Seusngguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa. (Yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, niscaya mereka mendirikan sholat dan menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang ma`ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar, dan kepada Allah-lah kembali segala urusan." (Al Hajj : 40-41). Wallahualambishowab.
ALLAHU AKBAR...!!!


---Tulabi---

Sunday, June 04, 2006

Tarbiyah, sebuah proses pembentukan

Pengertian Tarbiyah secara bahasa adalah Tansyi`ah(pembentukan), Ri`ayah (pemeliharaan), Tanmiyah (pengembangan),dan Taujih (pengarahan).
Maka proses tarbiyah yang kita lakukan dengan menggunakan sarana dan media yang ragam dan bermacam-macam, seperti halaqoh, mabit, tatsqif, ta`lim fil masajid, mukhoyyam, lailatul katibah dan lainnya harus memperhatikan empat hal diatas sebagai langkah-langkah praktis untuk sampai pada tujuan strategis yaitu terbentuknya pribadi muslim da`i atau muslim shalih mushlih.


1. Tansyi`ah (pembentukan)
Dalam proses tansyi`ah harus memperhatikan tiga sisi penting yaitu :
a. Pembentukan Ruhiyah Ma`nawiyah. Pembentukan ruhiyah ma`nawiyah dapat dilakukan dengan kegiatan-kegiatan ibadah ritual seperti qiyamul lail, shaum sunnah, tilawah Qur`an, dzikir dll. Para Murabbi harus mampu menjadikan sarana-sarana tarbiyah semisal mabit, lailatul katibah, jalsah ruhiyah, dalam membentuk pribadi Mutarabbi pada sisi ruhiyah ma`nawiyahnya dan dirasakan serta disadari oleh Mutarabbi bahwa ia sedang menjalani proses pembentukan ma`nawiyah ruhiyah. Jangan sampai mabit hanya untuk mabit.
b. Pembentukan Fikriyah Tsaqofiyah. Sarana dan media tarbiyah tsaqofiyah harus dijadikan sebagai sarana dan media yang dapat membentuk peserta tarbiyah pada sisi fikriyah tsaqofiyah, jangan sampai tatsqif untuk tatsqif dan ta`lim untuk ta`lim, tetapi harus jelas tujuannya bahwa tatsqif untuk pembentukan tsaqofah yang benar dan utuh, ta`lim untuk tafaqquh fid dien dan ini harus disadari dan dirasakan oleh Murabbi dan Mutarabbi.
c. Amaliyah Harakiyah. Proses tarbiyah selain bertujuan membentuk pribadi dari sisi ruhiyah ma`nawiyah dan fikriyah tsaqofiyah juga bertujuan membentuk amaliah harakiyah yang harus dilakukan secara berbarengan dan berkeseimbangan seperti kewajiban rekruitmen dengan da`wah fardiyah, da`wah `ammah dan bentuk-bentuk nasyrud da`wah lainya. …… serta pengelolaan halaqoh tarbawiyah yang baru sehingga sisi ruhiyah ma`nawiyah dan fikriyah tsaqofiyah teraktualisasi dan terformulasi dalam bentuk amal nyata dan kegiatan ril serta dirasakan oleh lingkungan dan mayarakat luas.

2. Ar ri`ayah (pemeliharaan).
Kepribadian Islami yang sudah atau mulai terbentuk harus dijaga dan dipelihara ma`nawiyah, fikriyah dan amaliyahnya serta harus selalu dimutaba`ah (dikontrol) dan ditaqwim (dievaluasi) sehingga jangan sampai ada yang berkurang, menurun atau melemah. Dengan demikian kualitas dan kuantitas ibadah ritual, wawasan konseptual, fikrah dan harakah tetap terjaga dan terpelihara dengan baik. Tidak ada penurunan dalam tilawah yaumiyah, qiyamul lail, shaum sunnah, baca buku, tatsqif, liqoat tarbawiyah dan aktivitas da`wah serta pembinaan kader.

3. At Tanmiyah (pengembangan).
Dalam proses tarbiyah, Murabbi dan Mutarabbi tidak boleh puas dengan apa yang ada dan merasa cukup dengan apa yang dimiliki, apalagi menganggap sudah sempurna. Murabbi dan Mutarabbi yang baik adalah Murabbi dan Mutarabbi yang selalu memperbaiki kekurangan dan kelemahan serta meningkatkan kualitas, berpandangan jauh kedepan, bahwa tarbiyah harus siap dan mampu menawarkan konsep perubahan dan dapat mengajukan solusi dari berbagai permasalahan ummat dan berani tampil memimpin umat. Oleh karenanya kualitas diri dan jamaah merupakan suatu tuntutan dan kebutuhan dalam proses tarbiyah.

4. At Taujih (pengarahan) dan At Tauzhif (Pemberdayaan).
Tarbiyah tidak hanya bertujuan untuk melahirkan manusia yang baik dan berkualitas secara pribadi namun harus mampu memberdayakan …… dan kualitas diri untuk menjadi unsur perubah yang aktif dan produktif ( Al Muslim Ash Shalih Al Mushlih ). Murabbi dapat mengarahkan, memfungsikan dan memberdayakan Mutarabbinya sesuai dengan bidang dan kapasitasnya.Mutarabbi siap untuk diarahkan, ditugaskan, ditempatkan dan difungsikan, sehingga dapat memberikan kontribusi ril untuk da`wah, jamaah dan umat, tidak ragu berjuang dan berkorban demi tegaknya dienul Islam.
Diantara orang-orang yang beriman itu ada orang-orang yang menepati apa yang mereka telah janjikan kepada Allah, maka diantara mereka ada yang gugur, dan diantara mereka ada pula yang menunggu-nunggu dan mereka sedikitpun tidak merubah janjinya. “ ( QS 33 : 23 )

Indikasi keberhasilan tarbiyah bisa dilihat pada peran dan kontribusi kader dalam penyebaran fikrah, pembentukan masyarakat Islam, memerangi kemunkaran memberantas kerusakan dan mampu mengarahkan dan membimbing umat ke jalan Allah. Serta dalam keadaan siap menghadapi segala bentuk kebathilan yang menghadang dan menghalangi lajunya da`wah Islam.

Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu`min diri dan harta mereka dengan memberikan syurga kepada mereka, mereka berperang pada jalan Allah, lalu mereka membunuh atau terbunuh, itu telah menjadi janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Qur`an, dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain ) daripada Allah, maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu dan itulah kemenangan yang besar “ (QS 9 : 111)

Semoga Allah selalu bersama kita dan kemenangan memihak kepada kita.
Jika kamu membela (agama) Allah, pasti Allah memberikan kemenangan kepadamu dan mengokohkan kakimu diatas jalan yang haq